Nah, kali ini kita kulik lebih dalam yuks, bersama belajar soal halusinasi....
So, markicau.....mari kita berkicau, wkwkwk...
Kira-kira, apa sih yang membedakan halusinasi, delusi, dan fantasi?
Banyak orang mengira halusinasi sama artinya dengan imajinasi atau fantasi. Padahal itu bukan fenomena yang sama lho, ghez...
Gini nih, menurut para ahli kesehatan mental apa yang disebut halusinasi, delusi, dan imajinasi bukanlah hal yang sama.
Ini perlu dibikin linier (baca: diluruskan) karena pemahaman tentang halusinasi dan imajinasi masih diasumsikan sebagai fenomena yang sama. Padahal dua fenomena tersebut berbeda.Â
Fantasi atau imajinasi timbul karena bentukan dunia fiktif yang muncul dari dalam diri kita sendiri. Kita yang menginginkannya muncul dalam diri kita.
Pengen jadi artis idola sejuta umat seantero jagat kayak mas Al, atau pengen punya gebetan yang tajir melintir ala-ala Paman Gober yang tidur di atas kasur dari tumpukan jien, hepeng, money, fulus,...oh itu bukan hal yang warbyasah... it means fantasi yha, Sobs..
Sedangkan halusinasi merupakan persepsi individu sebagai sebuah pengalaman melihat, mendengar, membaui, meraba, tanpa didapati sumber stimulusnya. Meskipun tidak didapati sumber rangsangan, namun pengalaman indrawi tersebut terjadi dalam kondisi sadar.
Biasanya halusinasi terjadi ketika melihat rumah sebagai area pekuburan, mendengar burung berkicau menjadi bunyi terompet sangkakala, merasa menjadi satu-satunya penebar virus Corona ke seluruh dunia setelah sembuh dari flu Covid-19, melihat air bening menjadi air selokan, dan lain sebagainya.
Beda halnya dengan delusi. Delusi lebih menitikberatkan pada keyakinan seseorang akan sebuah peristiwa yang sebenarnya tidak nyata.
Contohnya, saat individu merasa sedang dikejar-kejar, atau merasa dijauhi teman-teman sekomunitas, atau berprasangka bahwa seseorang telah jatuh cinta padanya meski kenyataannya tidak, wadidaw aw aw .....