Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menggali Bahagia dari Bilik Pengampunan "The Least of These"

24 Desember 2020   10:43 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:53 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Okay, selanjutnya, saya akan sedikit saja memberikan satu review film Natal yang kemarin saya temukan dalam rak digital saya.

Akhirnya The Least of These: A Christmas Story. Meski dalam balutan drama, namun film ini banyak mengisahkan tentang realita perjuangan seorang single mother, Rose, yang mencoba bertahan hidup bersama putri kecil, so adoreable, Katie. 

Film ini mengusung konsep yang hampir mirip dengan Pursuit of Happyness yang dibintangi si itam manis Will Smith. Bagaimana perjuangan single parent from zero to hero.

Kecerdasan hati seorang anak kecil sepolos Katie membalut kisah hidup Rose menjadi sempurna. Di bawah himpitan kebutuhan untuk bertahan hidup, Rose, seorang pelukis muda harus mengubur mimpi terdalamnya.

Kisah cinta lembut antara ibu dan anak memenuhi hampir di setiap scene film. Romantisme harapan terus menghiasi film yang berdurasi 1 jam 40 menit.

Berjumpa dengan Charlie dan Nancy (bukan Mr. dan Mrs. Claus) menghidupkan kembali mimpi Katie untuk menghadirkan ajaibnya St. Nicholas dalam imaji kecilnya.

Rose, pelukis berbakat yang secara emosional memutuskan menjadi orang biasa, menutup rapat talenta serapat ia memperkenalkan makna "pengampunan" sejati pada Katie.

Pengampunanlah yang sebenarnya membebaskan kita dari penjara dendam serta amarah pada luka masa lalu kita. 

Kesederhanaan pola pikir Katie membawa kesadaran saya pada cinta sejati, yang tidak pernah menuntut orang lain untuk membahagiakan kita. Bahwa kita sendirilah yang seharusnya bertanggung jawab pada rasa bahagia kita.

Seringkali kita melabeli orang lain dengan pemikiran kita sendiri bahwa seseorang harus berubah sesuai dengan versi kita, ingin kita, mau kita. Tanpa kita sadari, bahwa Tuhan menciptakan setiap manusia unik adanya. Bahkan, sidik jari kita tidak ada yang sama. 

Hanya saja empati dalam diri kita harus selalu diasah. Proses inilah yang kadang menyusahkan kita. Sedangkan manusia cenderung menghindar dari kesulitan bin ketidaknyamanan dalam sebuah proses berelasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun