origami kusut, hampir kusapu
Sore yang dalam, Tuan. Sekerat kata aku temukan di beranda rumah, di atas"Lamakah kau menunggu, Puan? Aku ingin bertemu,"Â itu tulismu
Santun sore belum beranjak dari beranda, origami lusuh kembali menjejakkan kakinya, dengan pesan bak pedang bermata dua
"Waktu telah berjanji padaku, Puan. Ia akan kembali memberi ketepatan untukmu, tunggu aku,"Â
Origami Tuan berjajar rapi di atas pasir mimpi, teruntuk Puan yang tiada pernah mengerti, mengapa sederet rindu tetap Tuan nyalakan, tanpa pernah Tuan nyatakan
Mungkinkah Tuan menunggu putusnya urat asa Puan, hingga tangan Puan sajalah yang harus meruntuhkan mimpi di atas pasir,Â
Sementara Puan lelah mengusap anak-anak air mata, melihat Tuan lelah mengatur nafas tawa bersama bunga lain
Di antara angin laut Puan mengirim pesan, "Tuan, di keranjang pagi aku titipkan sekerat roti berlapis berita, secangkir kopi pahit bercampur kata, semoga Tuan sudi menikmatinya,
Tuan jangan salah mengira, Puan dapat berbagi bersama tiga cinta, mengapa aku harus berbagi rasa dan berlomba menawan hati Tuan,Â
Sadarkah Tuan, bila kini Tuanlah yang sedang berlomba bersama para ksatria untuk mendapatkan hatiku?"
Bersama harum angin laut Puan melayarkan kembali, origami usang yang telah kusut, untuk pergi melaut
*Di dunia ini tidak ada wanita yang bodoh, yang ada hanya wanita yang sabar dan setia. Bagaimana menurut Anda? :)
#ENDviolence
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H