Hai, apa kabar? Kita kali ini ngobrol ala receh ya... Sudah baca judul?Â
Yupsy, it's bout Long Distance Relationship atawa lebih ramah terdengar di telinga dengan sebutan LDR begitu saja.
Tapi, tulisan ini saya tujukan bagi mentemen yang belum married yha. Khususnya, buat yang merasa sedang menjalin hubungan LDR atau mungkin tertarik untuk menjajal hubungan model seperti ini.Â
Nah, bicara soal LDR yha? Mmm, susah-susah sulit...egh gampang sih. Kalau ga pinter-pinter mengelola jadi "bubrah" (maaf saya pakai kata ini.) alias berantakan atau bahkan menjadi toxic, racun bagi diri kita, yah?
Maka penting sekali bagi kita untuk menelisik lebih dalam tentang kesiapan mentalitas kita. Kembali menakar diri kita sendiri, apakah kita sudah siap untuk masuk ke dalam sebuah hubungan.
Sap sap sap....(entah bahasa mana ini, saya maen comot ajha biar seru...)
LDR, hubungan yang membutuhkan energi lebih banyak dibanding dengan hubungan jarak dekat. Mengapa tetiba saya keingat lagu "Pacarku Lima Langkah", yha...Â
Selain energi dan waktu, LDR membutuhkan kesiapan duit, money, hepeng, jien, arta, dan kawan-kawannya. Mungkin bila jarak yang terbentang hanya sejauh antar kota, ga gitu butuh duit banyak. Asal ada motor yang disewain, langsung cabut ajha....Â
Nah, trus bayangkan kalau lain pulau, lain negara, lain benua....(Buat yang lagi ngejalanin LDR, angkat suarannnyaaa....)
Masih banyak hal lain pula yang perlu dipertimbangkan bila ingin menjalin hubungan bergenre LDR. Perlu diketahui, demikian rentannya LDR dengan kata "putus", namun demikian LDR juga menyediakan beberapa keuntungan juga lho, gengz.
Kalau ada yang berminat,...wokeyh, my friend, markisaaa .... (itu kan nama buah??).
SATU. Dari LDR kita belajar untuk bersabar. Hey, ayolah. Siapa yang saat sayang-sayangnya sama gebetan, ternyata ga bisa ketemuan karena jarak yang memisahkan? Biasanya individu jenis ini selalu merasa demam rindu...ahay asal ga jadi bucin, ajha.
Ya, rindu itu lumrah. Terlebih bila rindu itu dapat dieksplorasi jadi karya sastra. Menghasilkan doku, siapa yang tak mau?
Rindu pun mampu membawa sebagian dari kita menjadi lebih religius. Berdoa buat dia yang jauh di sana, buat kesehatannya, buat masa depannya, buat hubungannya dengan kita.Â
Keinginan untuk bertatap muka terkadang harus terhalang dikarenakan sebab eksternal, seperti oeang yang belum mencukupi, masa pandemi, atau sedang dalam lemah tubuh, atau sebab lainnya. Semua faktor inilah yang merupakan tantangan tersendiri bagi kita yang (ingin) menjalani LDR.
Sabar yha, mas bro, mbak sist...
DUA. Mendewasakan kita akan arti cinta dan sayang. Terkadang kita seringkali tertipu dengan rasa ingin untuk selalu berdua, apalagi yang sedang mabuk kepayang. Rasanya tiap hari harus ada dia, dia, dia.Â
Seorang Guru pernah berkata, bahwa cinta bukan hanya hadir dalam kebersamaan. Cinta pun hadir saat kehadiran orang yang kita cintai tidak nyata dalam durasi atau frekuensi tinggi. Namun sebenarnya, kehadiran hanyalah bagian dari cinta.Â
Bila kita hanya menginginkan kehadiran gebetan, bukankah kita hanya terjebak dalam romansa kehadiran, momentum kehadirannya, bukan menghargai cinta dan pribadinya secara utuh?Â
Pasangan LDR akan lebih menghargai waktu, menghargai perasaan satu dengan yang lain. Menghargai kebersamaan, dan biasanya dalam hubungan LDR yang sehat, kedua pribadi justru akan semakin mengurangi pertengkaran selama menjalin hubungan.Â
TIGA. Belajar tekun menjalani hubungan. Iya. Jangan dikata dalam sebuah ikatan hubungan tidak akan menjumpai rasa jenuh. Rasa ini bagi sebagian orang seringkali dihindari. Tanpa disadari, bahwa sebetulnya rasa bosan ini adalah bagian yang melengkapi diri kita sebagai seorang manusia.Â
Rasa bosan ini seringkali dijumpai apabila kita tidak merasakan naik-turun, pasang-surut sebuah hubungan.Â
Merawat sebuah hubungan berdasar kepercayaan membutuhkan energi yang besar. Tekun dalam mengelola jenuh beserta aneka konflik batin yang seringkali muncul membentuk diri kita lebih tekun membangun pribadi semakin dewasa menghadapi persoalan.
EMPAT. Membangun keintiman yang lebih dewasa. Lha, apa maksudnya?
Jadi, kawanku, pada dasarnya hubungan berjenis LDR sama dengan hubungan romantis jarak dekat. Yang tentu saja membutuhkan komunikasi dan kepercayaan yang harus ditumbuhkan bersama.Â
Namun, bila memang dua hal ini dijalankan dengan sehat, maka tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang menjalin hubungan LDR akan lebih memiliki hubungan yang kuat bila berlanjut ke jenjang pernikahan.Â
Why?Â
Jarak yang terbentang di antara pasangan akan membuat mereka lebih memilih untuk meminimalisir perdebatan, atau kata-kata negatif dalam setiap percakapan mereka.Â
LIMA. Mengapa memilih LDR? Bagi sebagian orang, hubungan semacam ini akan terasa lebih nyaman. Mungkin karena karier, atau sedang menempuh pendidikan tertentu, atau alasan lain yang tidak memungkinkan adanya pertemuan tatap muka dengan frekuensi tinggi.
Asalkan kedua belah pihak mampu menjaga kepercayaan satu dengan yang lain dan komunikasi terus terjalin, maka meskipun pertemuan hanya dilakukan beberapa bulan sekali pun, tidak akan menjadi masalah.
Bukan berarti dengan segala kesibukan yang ada lantas menjadi alasan untuk merancangkan penundaan pertemuan. Wew ..bukan gitu juga kaleee, mas-mas, mbak-mbak...
Next,...
ENAM. Karena jarak yang membentang kini dapat dilipat dengan teknologi canggih seperti Skype, email, phone call, video chatting, pesan singkat yang mampu padamkan rindu untuk bertemu.Â
Ga punya fasilitas? Kan bisa tulis surat. Nah, ini istimewanya pacaran ama penulis. Bukan ingin promo, tapi coba deh kita berdiskusi dengan diri. Menulis surat itu meminimalisir pertengkaran. Maunya marah, jengkel ama pasangan, tapi karena surat balasan yang ditunggu-tunggu belum datang, hilang jugalah segala amarah ama gebetan.
TUJUH. Belajar memupuk komitmen bersama. Hmmm, ini nih... Sangat penting sebuah hubungan dibangun berdasar atas komitmen bersama.Â
Heduh, kek semacam MoU begitu? Persis!Â
Tidak jarang dalam sebuah hubungan berakhir karena salah satu pihak mengingkari komitmen yang dibuat bersama. Ini tidak hanya berlaku dalam hubungan romantisme saja, Kawan. Dalam ikatan bisnis, persahabatan, maupun dalam hubungan kita dengan Tuhan.
Nah, dalam hubungan tipe LDR ini setiap pasangan dituntut untuk saling menjaga komitmen yang telah dibuat, agar hubungan tersebut dapat berjalan, bahkan dalam jenjang pernikahan nantinya.
Sebenarnya, dalam LDR ini kita dapat belajar bahwa ada tiga hal penting sebagai dasar agar hubungan LDR tersebut mampu bertahan, bahkan berkembang.
Kepercayaan. Tak dapat disangkal bahwa rasa percaya antar pasangan adalah hal yang paling mendasar bagi terjalinnya sebuah hubungan.Â
Dengan kepercayaan yang selalu dijaga, ditumbuhkan, dipupuk, maka akan terbentuk sebuah keinginan untuk menjaga komitmen. Di mana ada usaha-usaha yang selalu dilakukan oleh masing-masing pasangan untuk menjaga agar hubungan tetap bertahan.
Waspadalah! Butuh waktu yang lama untuk membangun kepercayaan dan komitmen, namun hanya butuh beberapa detik saja untuk menghancurkannya. Believe me it's true ...
Next, dari hubungan LDR ini kita belajar untuk mengelola pola pikir yang sehat, agar hubungan jarak jauh ini terus terbangun.
Masih tertarik untuk menjalin Pacaran Jarak Jauh (PcJJ) ? It's your chose...
Selamat menjalani hari ini, tetap semangat, dan....keep in touch...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H