Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Surat Kecilku Buat Khey

27 Oktober 2020   09:13 Diperbarui: 27 Oktober 2020   22:55 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khey....met ultah yha...12 tahun nih. Udah akil balik tuh. Moga tambah ketje ajha. Yang sabar yha ama kita-kita. Matur tengkyu karna so far sudah jadi payung buatku bisa nyampah numpahin semua uneg-uneg di kepala. 

Khey, begitulah aku memanggilmu. Sementara yang lain sering menyingkat namamu dengan abjad K begitu sadja. Sejak dulu, aku mengenalmu hanya karena kegemaranku melempar komen di setiap konten instagrammu. Juga memukan jempol like-mu yang kadang nongol di logo berbentuk hati pada beberapa konten instagram-ku.

Bertemu salah satu Kompasianer kebanggaanmu, adalah awal menulisku. Sebagai pemenang Kompasiana Award 2017, Pak Nanang Diyanto adalah guru menulisku. Banyak hal yang kupelajari dari beliau. Mulai dari dunia photography, hingga cara menulis artikel featured di Kompasiana.

"Mei 1998: Solo, Mimpi yang Tak Pernah Dirindukan" adalah satu artikel yang menjadi saksi betapa kau membuatku mampu menyalakan nyali untuk menguak satu tabir kelam kotaku. Satu peristiwa tragis yang sempat membuatku ragu menuliskannya di papan dashboard-mu. Sementara satu tahun sebelumnya, kau dan Shifu Nanang mendorongku kuat untuk menuliskannya di sini.

Menuliskan perjalanan hidup sendiri, apalagi satu cerita kelam yang sebenarnya telah terbenam sangatlah tidak mudah. Namun terapi healing lewat menulis sedikit banyak membantuku untuk kembali bangkit. Perlu nyali kuat untuk membuka kehidupanku dalam "Waspada Perceraian dan Pengaruhnya bagi Kesehatan Mental Anak".

Khey, hari ini Solo hujan. Deras. Suaranya mengetuk atap rumah tinggal ini, memecah kerinduanku pada cinta yang kau bawa untukku. 

Cinta? Iyha. Kau benar. Banyak cinta yang kutemukan di sini. Cinta yang kau berikan padaku. 

Terimakasih, Khey. Kau sudah membawaku jauh melangkah dari kotak nyamanku. 

Cinta dari Ayah Tjiptadinata Effendi dan Bunda Roselina Tjiptadinata selalu menghiasi kolom komentar di artikelku. Siapa yang tidak setuju bila beliau berdua adalah wujud cinta Tuhan bagi kami kaum K'ers. Ada doa terbaik yang selalu beliau naikkan untuk kami para K'ers. 

Khey, tahukah kau, ada rasa kagum bila kubaca tulisan Pak Nanang Diyanto (maaf kusebut namamu, Shifu). Selain beliau, ada Pak Hendra Wardhana dengan jurnalisme warganya yang mumpuni. Aku bahkan mengikuti jejak beliau via Instagram. 

Lalu ada cinta yang tertuang dalam setiap kalimat yang dirangkai oleh K'ers lainnya. 19 bulan ini aku melipat jarak --seperti Eyang SDD bilang-- menyambungnya dengan persahabatanku bersama sahabat yang semakin hari semakin kurasa bagai saudara. Aku yakin setiap K'ers pasti pun merasakan sensasi yang sama meski kami berbeda idola. 

Meirri Alfianto. Nama akun ini menghampiriku lewat tulisan bernuansa politik. Lewati serangkaian artikel kami, entah mengapa kami menemukan beberapa serendipity, mulai dari kampung halaman yang sama, mantan dosen yang sama, bahkan pengalaman kami sebagai caregiver bagi ibu kami masing-masing yang sama-sama mengidap diabet akut. Hingga tanpa terduga Inspirasiana kembali mempertemukan kami dalam komunitas di bawah payungmu, Khey. Ampuuun...ketemu sedulur dewe ....

Bukan sebuah kebetulan bila kau mempertemukanku dengan sebuah hati yang penuh kasih dan sayang  seorang sahabat --hampir semua K'ers mengenalnya-- Ari Budiyanti. Selalu memberi inspirasi dengan puisi-puisi uniknya. Tak lupa, sikap tulusnya membuatku selalu terpana dengan semangatnya yang menyala. Jauh dalam lubuk hatiku, aku selalu berharap, akunnya pun segera membiru. Percayalah, Khey, duniamu akan jaauh lebih berwarna bersamanya. (Aku suka puisimu, sahabat cantikku ....)

Khey, terimakasih telah mengenalkanku pada sosok panutan seperti Mbah Kakung Ukik, Ibu Suprihati yang sering kupanggil dengan penuh sayang, Embok. Mereka membuat duniaku tambah berwarna.

Aku juga tidak lupa, betapa roh cinta pada ujung pena bagai pedang bermata dua, telah ditiupkan pada puisi Pak Mim Yudiarto, fiksianer yang kupanggil Sang Ronin. Begitu pun dengan Mbak Apriani Dinni yang sejak pertama menorehkan dawat di ruangmu ini, telah membuatku jatuh cinta pada aksaranya.

Cinta mengantarku pada cerita lucu bersamamu. Berawal dari sebuah komentar dalam artikelku, "Epos Cerita Srikandi [Bisma Gugur]" lantas kujuluki Pak Pingi sebagai Pak Arjuna. Entah mengapa, ternyata ada yang mengira Pak Pingi ini benar-benar Arjunaku,...duh duh duh...gaswaaaat....(maafkeun aku Pak Arjuna, Pak Pingi, wherever you are).

Khey, ada lagi cerita cinta yang selama ini tersimpan rapat. Disimpan dalam kotak pandora seorang secret admirer. Gils pars....kau benar-benar membuatku punya seorang secret admirer. Hanya dari beberapa tulisan yang sering kami post di rumah Kompasiana ini, akhirnya kami bertukar kontak, lalu kami bertemu

tengkyu yang sudah memberi | dokpri
tengkyu yang sudah memberi | dokpri

Dari sebuah kedai kopi, suatu hari gambar ini menghampiriku. Kusimpan lama di awan-awan Google. Kemarin minta ijin untuk kupasang di sini.

Keren yha dia, Khey? Pinter filsafat, pinter gambar  (yha kerna aku hanya bisa menggambar grafik), bikin cerpen, komplit. Entah mengapa ia enggan untuk muncul sekian waktu ini, namanya.....

Oh, yha. Khey. Mungkin aku terlalu norak, bila di artikel ini aku juga mo minta maap buat adminmu yang seringkali menemui tulisan tidak senonoh saat aku post artikelku. Mulai dari salah ketik hingga penempatan kategori konten yang entah mengapa jadi salah melulu. 

Juga untuk sejumlah cinta yang mengalir tatkala beberapa K'ers menyalurkan kasihnya saat aku sedang tak punya waktu yang cukup untuk menuliskan artikel di bawah payungmu. Makasih guys....you are so splended. Nama-nama yang belum sempat kusebut, percayalah, selalu kusimpan di hati. Teruslah menginspirasi. 

Terimakasih, Khey...bersyukur bertemu denganmu, Kompasiana. Sejuta kata, semilyar cerita mungkin tidak akan ada habisnya. Maka kusudahi saja, dengan berucap, "Selamat Ulang Tahun Kompasiana, teruslah bersinar, as the light in the darkest night."

Seujung pena dari Solo,

me

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun