Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ini 4 Alasan Penting Mengapa Dibutuhkan Ayah Feminis

25 Oktober 2020   09:09 Diperbarui: 25 Oktober 2020   16:58 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehangatan kasih ayah dalam fatherhood | via pixabay.com

Hmmm, topik yang menarik, mengulik hubungan antara anak perempuan dan ayahnya. 

Salah satu mitos yang beredar di masyarakat, menyatakan bahwa anak perempuan selalu dekat dengan ayahnya sedangkan anak lelaki cenderung mempunyai hubungan yang dekat dengan ibunya.

Lantas bagaimana dengan keluarga yang hanya mempunyai satu anak semata wayang? Apakah seorang anak lelaki tidak akan dekat dengan ayahnya? Pada kenyataannya, tidak semua dalil tersebut terbukti. 

Krisis pembapakan di seantero jagat ini semakin seru untuk diperbincangkan. Saya seringkali mengulasnya dalam artikel-artikel saya. 

Apa sih maksudnya pembapakan atau fatherhood dalam dunia parenting? 

Kehangatan kasih ayah dalam fatherhood | via pixabay.com
Kehangatan kasih ayah dalam fatherhood | via pixabay.com

Fatherhood sendiri merupakan satu konsep yang menempatkan pentingnya peran ayah bagi tumbuh kembang anak. Lebih dalam lagi, bagi tumbuh kembang mental anak.

Fatherless world merupakan sebutan yang saya ambil dari salah seorang Guru saya, di mana menggambarkan tentang dunia yang semakin kurang mendapat sentuhan peran ayah dalam keluarga.

Anak-anak pada masa kekinian mengalami lack of fatherhood. Kasih seorang bapak yang semakin terasa tipis.

Stigma yang beredar di masyarakat tentang peran ayah selama ini hanya sekedar sebagai pribadi yang mempertegas bahwa ayah hanya berada di area maskulin. 

Sementara beberapa riset membuktikan, peran serta ayah dalam masa tumbuh kembang anak sangat dibutuhkan, bahkan sejak anak bertumbuh sebagai janin dalam kandungan ibunya.

Sikap dan peran serta suami dalam mendukung kehamilan istri adalah support awal bagi kondisi psikologi janin. 

Jaminan perlindungan dari stres dan tumbuhnya rasa aman serta nyaman bagi seorang istri yang sedang hamil memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan self esteem janin.

Laman centerformentalhealth.org menyebutkan bahwa peran sebagai pemenuh kebutuhan materi, pemberi rasa nyaman, teman bermain, caregiver, pelindung, role model, moral guide, dan seorang guru bagi anak-anak adalah tuntutan for providing a real fatherhood.

Akibat dari Timpangnya Peranan Ayah bagi Mentalitas Anak

Dalam budaya di dunia Barat, fatherless kebanyakan ditemukan pada seorang anak yang lahir di luar pernikahan resmi. Dalam artian, seorang anak tidak mendapatkan kasih ayah dalam pertumbuhannya, karena ia terlahir tanpa kehadiran sosok ayah. Hanya tumbuh bersama ibu sebagai single parent.

Di Indonesia, banyak didapati kasus kenakalan remaja yang bersumber dari krisis fatherhood bahkan dalam keluarga yang secara fisik terdapat kehadiran seorang ayah dan seorang ibu. 

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga tanpa adanya figur ayah, baik secara fisik maupun psikis, akan mengakibatkan beberapa kondisi mental yang terganggu, seperti, rendahnya self esteem, anak akan merasa malu karena menganggap kondisinya berbeda dengan anak-anak lain yang mendapatkan figur Ayah dalam keluarganya.

Ini rentan menimbulkan perasaan cemburu, mudah marah, self control yang rendah, dan adanya rasa kehilangan yang besar.

Lalu, apa pentingnya seorang ayah feminis dalam keluarga?

Ehem....bagi para jomlo, plis...ini artikel juga untuk kalian kok. Mau tahu? 

Dari sebuah riset, ditemukan bahwa perempuan lebih menyukai laki-laki yang bersikap hangat, dari pada keunggulan fisik atau materi belaka. 

It's true. Tapi, balik lagi ke pernyataan awal, a father is a provider. Jadi akan lebih baik lagi bila kehangatan laki-laki tidak meninggalkan perannya pula sebagai pemenuh kebutuhan jasmani keluarganya, hehehe...jadi pria yang "hangat" plus tajir pula.

Well, balek lagi dah....

Sosok ayah feminis bagi sebagian masyarakat dianggap sebagai suami takut istri. Anggapan bahwa lelaki yang memasak, membantu membersihkan rumah, mengepel, mengajak anak bermain, seakan membawa pelemahan pada sisi maskulin seorang lelaki.

Ga jamannya lagi lha....

So, here it is...alasan penting mengapa laki-laki feminis dibutuhkan dalam keluarga.

Pertama, seorang anak membutuhkan figur yang lengkap dalam keluarga. Kehangatan seorang ayah akan terasa saat ia mau menyediakan dirinya sebagai bagian dari cinta yang hadir dalam keluarga. 

Kehadiran ayah yang mau memberikan diri ikut ambil bagian dalam tugas keluarga sebagai bentuk kepeduliannya dan rasa kasih terhadap istri akan menjadikan gambaran diri pada seorang anak menjadi lengkap. 

Ayah tidak hanya hadir sebagai simbol ketegasan dalam setiap keputusannya, namun juga hadir sebagai pemenuh kasih sayang bagi istri juga anak-anaknya.

Kedua, perlakuan hangat ayah sebagai wujud kewajibannya menjadi guru bagi anak-anak. How come? 

Ya. Seorang anak perempuan yang terbiasa merasakan sensasi kasih sayang dari pelukan hangat ayahnya, tidak akan merasa takjub Dan terjebak, apabila suatu saat ada seorang pria yang "menawarkan" pelukan hangat untuknya.

Ahahay.... .

Ketiga, Ayah yang feminis bukan berarti melemahkan sisi maskulinitasnya. Nilai diri seorang pria, dalam hal ini seorang suami atau ayah, berada pada setiap keputusan-keputusan yang ia buat.

Seorang istri dalam rumah tangga berkontribusi sebagai penolong, bukan decition maker. Ini perlu dipahami. (next post we're gonna talk bout this, kay).

Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya masing-masing. Namun akan lebih indah apabila peran dan fungsi tersebut saling mendukung satu dengan yang lain. Bukan saling mendominasi, namun menopang satu dengan yang lain, sehingga terjadi balancing, keseimbangan fungsi yang berjalan harmonis.

Keempat, fatherhood merupakan salah satu alat agar beban stereotype maskulin pada seorang ayah teratasi.

Seringkali label maskulin pada masyarakat patriarki memberi beban tersendiri bagi laki-laki. Kebanyakan ayah berusaha sedemikian keras untuk dapat memenuhi panggilannya sebagai provider secara materi. Banyaknya tekanan pekerjaan beserta beban mental yang disandang menuntut seorang ayah untuk senantiasa bekerja keras.

Inilah yang menyebabkan adanya jarak antara ayah dan anak. Minimnya waktu bersama keluarga menjadikan kepekaan ayah pada kebutuhan psikis anak terbengkalai. 

Tidak jarang akhirnya memicu terjadinya berbagai konflik antar suami istri, yang kemudian berdampak buruk pada anak-anak.

Fatherhood bukan hanya dilakukan pada saat seorang ayah hadir secara fisik dalam sebuah keluarga. Ini bukan permasalahan presensi. Lebih dari itu, ini berkaitan dengan fungsi Dan peran ayah.

So, meskipun seorang ayah tidak dapat hadir secara fisik, entah karena adanya tuntutan pekerjaan maupun kondisi keluarga yang terpisah karena perceraian, fatherhood seharusnya sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat disubstitusikan oleh apa pun, demi tumbuh kembang kesehatan mental anak-anak.

Hmm, bagaimana, apakah para Ayah masih ingin melewati weekend dengan urusan kantor, atau sekedar berjalan menikmati sepotong es krim bersama Ananda? 

Menyempatkan diri mendengar dan bermain bersama anak, atau sibuk dengan "urusan maskulinitas"?

Wahai pria single, just a lil' tips for you. Seorang wanita akan mendambakan a man with a job to do, a will to obey, and a capability to protect the beauty....( Aruna Wiryolukito)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun