Jaminan perlindungan dari stres dan tumbuhnya rasa aman serta nyaman bagi seorang istri yang sedang hamil memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan self esteem janin.
Laman centerformentalhealth.org menyebutkan bahwa peran sebagai pemenuh kebutuhan materi, pemberi rasa nyaman, teman bermain, caregiver, pelindung, role model, moral guide, dan seorang guru bagi anak-anak adalah tuntutan for providing a real fatherhood.
Akibat dari Timpangnya Peranan Ayah bagi Mentalitas Anak
Dalam budaya di dunia Barat, fatherless kebanyakan ditemukan pada seorang anak yang lahir di luar pernikahan resmi. Dalam artian, seorang anak tidak mendapatkan kasih ayah dalam pertumbuhannya, karena ia terlahir tanpa kehadiran sosok ayah. Hanya tumbuh bersama ibu sebagai single parent.
Di Indonesia, banyak didapati kasus kenakalan remaja yang bersumber dari krisis fatherhood bahkan dalam keluarga yang secara fisik terdapat kehadiran seorang ayah dan seorang ibu.Â
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga tanpa adanya figur ayah, baik secara fisik maupun psikis, akan mengakibatkan beberapa kondisi mental yang terganggu, seperti, rendahnya self esteem, anak akan merasa malu karena menganggap kondisinya berbeda dengan anak-anak lain yang mendapatkan figur Ayah dalam keluarganya.
Ini rentan menimbulkan perasaan cemburu, mudah marah, self control yang rendah, dan adanya rasa kehilangan yang besar.
Lalu, apa pentingnya seorang ayah feminis dalam keluarga?
Ehem....bagi para jomlo, plis...ini artikel juga untuk kalian kok. Mau tahu?Â
Dari sebuah riset, ditemukan bahwa perempuan lebih menyukai laki-laki yang bersikap hangat, dari pada keunggulan fisik atau materi belaka.Â
It's true. Tapi, balik lagi ke pernyataan awal, a father is a provider. Jadi akan lebih baik lagi bila kehangatan laki-laki tidak meninggalkan perannya pula sebagai pemenuh kebutuhan jasmani keluarganya, hehehe...jadi pria yang "hangat" plus tajir pula.