Sebentar....
Apa mungkin bisa kau pergi sebentar?Bukankah cukup bagimu mengurungku dalam sangkar? Mendudukkanku di atas kursi melingkar?
Lalu kau mengeja, kapan lagi kau bisa menyiksa, seakan aku sebuah kanvas yang bisa seenaknya kau hias
Lantas kau terbahak, ketika dendam serupa dahak, telah kau lampiaskan tanpa akhlak
Dan aku hanya menunduk, menopang malu yang singgah untuk duduk, kemudian menetap sebagai sebuah induk, menelorkan kesumat hebat membentuk badai dahsyat
Hingga suatu saat, aku dapat....
Menuai balas? Untukmu yang kini bebas? Untuk sampah busuk yang kau tinggalkan dan lepas?
Sebentar.... Aku hanya ingin belajar, kiranya kehidupan memberiku nalar, karena kau hanya sebuah titik pada sebuah rasa yang kini longgar
Ijinkan aku tanpa risih, mengucap dari lubuk hati meski lirih, kepadamu yang menjadi guru dalam perih,
Terima...kasih....
*Solo.... dalam hembus denting akhir, "ting"