Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Kembali Serangan Umum 4 Hari di Solo, "Koel"!

16 Agustus 2020   15:15 Diperbarui: 16 Agustus 2020   15:26 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Letkol Slamet Riyadi di simpang empat Gladag | dokpri


Semula berawal dari hobi aeng saya; hobi nyleneh saya. Entah mengapa, kaki saya selalu berhenti pada sebuah rumah yang terlihat lama tak terurus. Rumah tersebut berada di Jalan Bhayangkara, tepatnya berhadapan dengan rumah Bapak Wakil Walikota Surakarta, Purnomo.

Namun, yang membuat saya penasaran bukan bentuk konstruksi rumah kuno atau halaman rumah yang ditumbuhi rumput liar, melainkan sebuah prasasti yang teronggok di sana. Sungguh kasihan monumen kecil tersebut ikut tidak terurus, tergerus hujan dan panas, sehingga sebagian tulisannya hampir terhapus. 

Hingga pada akhirnya rumah yang kini menjadi milik keluarga besar pemilik PT. Sri Rejeki Isman, Tbk ini dipugar, sehingga halaman yang tadinya dipenuhi rumput liar mulai dibersihkan.

prasasti tentang penandatanganan cease fire antara Belanda dan para gerilyawan Indonesia | dokpri
prasasti tentang penandatanganan cease fire antara Belanda dan para gerilyawan Indonesia | dokpri
Dari prasasti tersebut saya yang blah bloh ini menjadi semakin kepo. Serangan Umum sih setahu saya tanggal 1 Maret di Jogja. Ternyata, di Solo juga pernah ada pergolakan kaum muda untuk mempertahankan kemerdekaan negri ini. Waaah, emejink ini :v

Kisah menarik ini berawal dari aksi Agresi Militer Belanda II. Kesuksesan Belanda menguasai Ibu Kota Indonesia di Yogyakarta serta penangkapan para pemimpin besar negri ini membuat Belanda mengira bahwa Republik Indonesia tidak akan tercatat sebagai negara berdaulat penuh. 

Maka dengan pengerahan pasukan Konijke Leger (Tentara Kerajaan) kembali meringsek masuki basis pertahanan militer bangsa Indonesia yang berada di Solo pada tanggal 21 Desember 1948. 

Sebagai pimpinan pasukan Belanda, Anda salah besar, Meneer Spoor.... nei, nei, nei... Riwayat Negara Republik Indonesia BELUM TAMAT !!!!

Sebagai Komandan Wehr Kreise 1 ( wilayah yang dapat melakukan peperangan secara mandiri tanpa tergantung satu sama lain atau pada markas besar), Letnan Kolonel Slamet Riyadi membagi wilayah Karesidenan Surakarta menjadi beberapa Sub Wehr Kreise ( SWK ) untuk memudahkan pengaturan dan koordinasi antar wilayah.  

Sementara itu perundingan diplomasi yang diupayakan oleh para negosiator negri ini terus menerus berlangsung alot dengan pihak Belanda. 

Melihat gelagat perkembangan Perundingan Roem Royen yang tak jua menunjukkan hasilnya, mendorong Mayor Ahmadi untuk mulai masuk menyisir Kota Solo melakukan gerakan perang gerilya. Pergerakan perang gerilya ini akhirnya terlaksana sebagai Serangan Umum II pada 8 Februari 1949, bertepatan dengan hari ulang tahun Pangeran Diponegoro.

Karena menggunakan siasat gerilya, pada akhirnya pasukan Mayor Ahmadi segera pergi meninggalkan Kota Solo, menyusup ke dalam perkampungan rakyat, setelah membakar habis Toko Drie Hoek di kawasan Pasar Legi, juga Toko Eng Bo dan Toko Obral di Singosaren. Serangan mendadak ini sangat mengejutkan Belanda tatkala melihat begitu banyak bendera merah putih berkibar di perkampungan penduduk kota.

Suksesi para gerilyawan ini bukan lantas tanpa bantuan masyarakat Kota Solo. Berbagai konflik internal yang terjadi di Kota Solo bukanlah hambatan bagi seluruh lapisan masyarakat bergabung menjadi satu mendukung gerakan perlawanan para pejuang untuk mengusir Belanda dari Kota Bengawan.

Serangan Umum II pun pecah pada tanggal 2 Mei 1949 bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara. Dari beberapa sumber literasi disebutkan bahwa Serangan Umum II ini bertujuan untuk menculik para pengkhianat dan kolaborator yang bekerjasama dengan Belanda.

Puncak Serangan Umum yang membuktikan bahwa Republik Indonesia adalah negara yang berdaulat, serta memiliki kekuatan militer yang tangguh, tercetus dari hasil Rapat Komando se-SWK Arjuna tanggal 3 Agustus 1949 yang membuahkan sebuah instruksi No.1/8/SWK/A3/Ps-49 untuk segera diadakan serangan besar-besaran sebelum turun perintah cease fire.

Berdasarkan keputusan tersebut maka pada tanggal 7 Agustus 1949 dibawah pimpinan langsung Letkol Slamet Riyadi pecahlah Serangan Umum III yang pula merupakan Serangan Umum terbesar dari ketiga Serangan Umum di Solo.

Pada tanggal 7 Agustus 1949  pasukan TNI dan Tentara Pelajar (TP) mulai memasuki kota Solo pada pukul 06:00 pagi hari secara serentak. Dari arah utara dipimpin oleh Kompi Prakoso, arah selatan dibawah Kompi Suhendro, dari arah timur Kompi Soemarto, sedangkan dari arah barat Kompi Abdu Latif beserta dengan SA-CSA Muktio.

Adu tembak mulai terjadi. Semakin lama semakin gencar. Kemudian disusul dengan rentetan letusan brengun, stenggung, nitlariur, serta dentuman nertir dan senjata lainnya. Menghadapi serangan frontal dan mendadak tersebut pasukan Belanda sangat terkejut, sehingga hanya mampu bertahan dalam markas masing-masing. 

Sekali merdeka tetap merdeka!!!

Pukul 15:00 pasukan Belanda mulai membalas serangan para gerilyawan dengan melakukan pengeboman secara besar-besaran di berbagai penjuru arah mata angin. 

Diantaranya di daerah Solo bagian barat, daerah sekitar Laweyan, pasukan Belanda melepaskan bom dari lima pesawat pemnom, di area Solo utara Belanda mengobrak-abrik Kota Solo menggunakan mustang, tank, beserta overvalwagen yang berlalu lalang di sepanjang jalan Kota Solo.

Banyak rumah-rumah penduduk yang dihancurkan. Bahkan sebagian besar penduduk berlarian meninggalkan rumah tinggal mereka untuk mengungsi, mencari tempat perlindungan hingga ke dalam Istana Mangkunegaran -- biasanya disebut Puro Mangkunegaran-- yang pada saat sebelum terjadi Serangan Umum telah memperketat keamanan istana oleh pasukan Semut Ireng.

Pasukan Semut Ireng didirikan oleh Gubernur Militer Kolonel Gatot Subroto, jauh hari sebelum ternjadinya Serangan Agresi Militer Belanda II. 

Pada awalnya pasukan ini bertugas untuk menjaga pabrik-pabrik milik Istana Mangkunegaran yang menjadi aset nasional supaya tidak jatuh ke tangan Belanda. Seiring keputusan pihak Istana Mangkunegaran untuk membantu perjuangan para gerilyawan, maka pasukan ini kemudian ikut bergabung dalam upaya membantu para pejuang.

Keterlibatan pihak Istana Mangkunegaran dalam membantu perjuangan mempertahankan kedaulatan negri ini terwujud dalam berbagai bentuk.

Selain menyediakan tempat dan makanan bagi para pengungsi, Istana Mangkunegaran juga memberikan bantuan berupa pakaian, obat-obatan, uang, bahkan alat-alat pertanian bagi para petani selama perang berlangsung.

Begitu pula pabrik-pabrik gula milik Istana Mangkunegaran, seperti pabrik gula Colomadu, Tasikmadu, maupun pabrik gula Rosomadu yang menjadi aset nasional benar-benar mendapatkan penjagaan ketat dari pasukan Semut Ireng.  

Sedangkan di luar Istana Mangkunegaran, pasukan Semut Ireng ditugaskan untuk menjaga beberapa titik penting seputar istana demi keamanan pihak istana dan para pengungsi.

Tanggal 8 Agustus 1949 TNI dan Tentara Pelajar memulai serangan pada waktu janari. Pergerakan gerilya ini berhasil melumpuhkan saluran komunikasi antar markas milik Belanda. Keberhasilan ini rupanya mampu membuat gentar pasukan Belanda.

Pertempuran terus berlangsung. Puncak Serangan Umum terjadi pada tanggal 10 Agustus 1949, yang berhenti tepat pada jam 24:00 dikarenakan turunnya perintah cease fire dari Presiden Soekarno.

Begitu besar semangat para pejuang dengan senjata apa adanya dan rakyat yang bersatu, semua ada dalam satu visi, satu misi, mengusir Belanda dari bumi pertiwi. 

Semangat inilah yang terus menerus membakar jiwa para gerilyawan yang membuat Kolonel Ohl sebagai Komandan Koninjke Leger di Solo harus mengikuti perintah menarik mundur seluruh pasukan Belanda, keluar dari bumi Indonesia pulang kembali ke daerah asal mereka.

Koel!!

Keberhasilan perlawanan para pejuang ini ternyata membuat posisi tawar Indonesia di meja negosiasi KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Hag semakin tinggi. 

Daebak!!!  Kereeeenz!!!

Apabila disandingkan dengan masa sekarang, bukankah kita pun berada pada posisi yang sama dengan kondisi perlawanan bangsa Indonesia 75 tahun yang lalu?

Musuh yang kita hadapi saat ini mungkin berbeda. Bila dahulu kita menghadapi dentuman bom atau rentetan peluru penjajah, maka saat ini kita menghadapi kondisi ekonomi bangsa sedang "hang" seperti yang dinyatakan Bapak RI 1.

Pernyataan bahwa kita harus bersatu untuk Indonesia membajak adalah seruan bagi kita untuk terus maju, jangan lemah, ataupun lengah. Krisis boleh saja terjadi seakan memborbardir kita setiap saat. Seluruh dunia saat ini berada dalam kondisi yang tidak jauh berbeda.

Bukankah kita semua sama-sama mengalami krisis? Siapa pun kita, tanpa pandang bulu semua mempunyai kemungkinan terjangkit virus, hampir semua perusahaan mulai merampingkan biaya produksi, kita sama-sama mengalami krisis ekonomi. 

Tetapi kita pun punya kebebasan untuk memilih apa yang dapat kita lakukan untuk negri ini; untuk bangsa ini. Mungkin tidak besar, mungkin hanya sesederhana untuk mau bangkit memperjuangkan mimpi yang ada dalam genggaman tangan kita. Kebebasan yang tidak dapat direnggut atau pun ditindas oleh kekuasaan apapun!!

Tulisan ini saya rangkai bukan karena saya ingin berpihak pada satu kepentingan atau menolak pihak yang lain. 

Namun berkaca dari sejarah perjuangan masyarakat di masa lalu yang mengesampingkan seluruh konflik internal yang pada saat itu mengguncang masyarakat Solo secara keseluruhan, mari kita belajar kembali mempunyai semangat agar sebuah mimpi yang telah ada dalam genggaman kita tidak terlepas begitu saja.

Jayalah negriku, jayalah Indonesiaku!!

#guecintaindonesia

#gunakanmaskerjangangunakanbaper

#hut75ri

*sumber literasi : 

• Journal of Indonesian History

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun