Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Kembali Serangan Umum 4 Hari di Solo, "Koel"!

16 Agustus 2020   15:15 Diperbarui: 16 Agustus 2020   15:26 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Letkol Slamet Riyadi di simpang empat Gladag | dokpri

Karena menggunakan siasat gerilya, pada akhirnya pasukan Mayor Ahmadi segera pergi meninggalkan Kota Solo, menyusup ke dalam perkampungan rakyat, setelah membakar habis Toko Drie Hoek di kawasan Pasar Legi, juga Toko Eng Bo dan Toko Obral di Singosaren. Serangan mendadak ini sangat mengejutkan Belanda tatkala melihat begitu banyak bendera merah putih berkibar di perkampungan penduduk kota.

Suksesi para gerilyawan ini bukan lantas tanpa bantuan masyarakat Kota Solo. Berbagai konflik internal yang terjadi di Kota Solo bukanlah hambatan bagi seluruh lapisan masyarakat bergabung menjadi satu mendukung gerakan perlawanan para pejuang untuk mengusir Belanda dari Kota Bengawan.

Serangan Umum II pun pecah pada tanggal 2 Mei 1949 bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara. Dari beberapa sumber literasi disebutkan bahwa Serangan Umum II ini bertujuan untuk menculik para pengkhianat dan kolaborator yang bekerjasama dengan Belanda.

Puncak Serangan Umum yang membuktikan bahwa Republik Indonesia adalah negara yang berdaulat, serta memiliki kekuatan militer yang tangguh, tercetus dari hasil Rapat Komando se-SWK Arjuna tanggal 3 Agustus 1949 yang membuahkan sebuah instruksi No.1/8/SWK/A3/Ps-49 untuk segera diadakan serangan besar-besaran sebelum turun perintah cease fire.

Berdasarkan keputusan tersebut maka pada tanggal 7 Agustus 1949 dibawah pimpinan langsung Letkol Slamet Riyadi pecahlah Serangan Umum III yang pula merupakan Serangan Umum terbesar dari ketiga Serangan Umum di Solo.

Pada tanggal 7 Agustus 1949  pasukan TNI dan Tentara Pelajar (TP) mulai memasuki kota Solo pada pukul 06:00 pagi hari secara serentak. Dari arah utara dipimpin oleh Kompi Prakoso, arah selatan dibawah Kompi Suhendro, dari arah timur Kompi Soemarto, sedangkan dari arah barat Kompi Abdu Latif beserta dengan SA-CSA Muktio.

Adu tembak mulai terjadi. Semakin lama semakin gencar. Kemudian disusul dengan rentetan letusan brengun, stenggung, nitlariur, serta dentuman nertir dan senjata lainnya. Menghadapi serangan frontal dan mendadak tersebut pasukan Belanda sangat terkejut, sehingga hanya mampu bertahan dalam markas masing-masing. 

Sekali merdeka tetap merdeka!!!

Pukul 15:00 pasukan Belanda mulai membalas serangan para gerilyawan dengan melakukan pengeboman secara besar-besaran di berbagai penjuru arah mata angin. 

Diantaranya di daerah Solo bagian barat, daerah sekitar Laweyan, pasukan Belanda melepaskan bom dari lima pesawat pemnom, di area Solo utara Belanda mengobrak-abrik Kota Solo menggunakan mustang, tank, beserta overvalwagen yang berlalu lalang di sepanjang jalan Kota Solo.

Banyak rumah-rumah penduduk yang dihancurkan. Bahkan sebagian besar penduduk berlarian meninggalkan rumah tinggal mereka untuk mengungsi, mencari tempat perlindungan hingga ke dalam Istana Mangkunegaran -- biasanya disebut Puro Mangkunegaran-- yang pada saat sebelum terjadi Serangan Umum telah memperketat keamanan istana oleh pasukan Semut Ireng.

Pasukan Semut Ireng didirikan oleh Gubernur Militer Kolonel Gatot Subroto, jauh hari sebelum ternjadinya Serangan Agresi Militer Belanda II. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun