Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rendezvous Malam hingga Janari

22 Juli 2020   01:46 Diperbarui: 22 Juli 2020   01:56 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Malam hari, 23:23 saat bulan menguliti malam.

Teruntuk engkau yang terkasih, kutuliskan ringkasan benak yang membuatku semakin meringkuk dalam bahasa manisnya rindu yang pernah kau ajarkan padaku.

Gesekan angin di malam kering membuatku tersentak. Senyummu datang lagi. Bukan sebentuk bayangan dalam genangan air. 

Sungguh, aku tak mampu menahan air mata rindu. Rasanya ingin aku meledak dan membiarkan puing-puing diriku berhamburan di hadapanmu.

Ternyata kau datang. Entah ke berapa kalinya kau datang tanpa kuminta. Hanya seucap keluh dalam batinku. Lalu kau datang begitu saja.

"Bagian manakah dalam diriku yang membuatmu ragu?" sekelumit tanya yang kau bungkus dalam senyummu malam lalu masih membekas di ingatanku.

Ah!! Mengapa kau selalu bisa menebak isi kepalaku? 

Tapi, kali ini tidak, kekasihku. Aku tak  meragukanmu. Aku tahu kau mencintaiku. Aku tahu kau tak pernah membiarkanku sendiri. Aku hanya rindu. 

Aaagh ..!!

Bahkan dalam pembuluh darahku pun kau semaikan benih cintamu. Desir napas yang kau titipkan dalam diriku telah bercampur dengan napasmu, hingga tak satu helaan pun yang mampu memisahkanku darimu.

Senyumanmu selalu mengisahkan damai yang menghapuskan tiap tetes air mataku, Kasihku. Kau bahkan tahu meski kusembunyikan tangisku di hadapan dunia. 

Dalam keheningan, di antara bayu yang terdengar meniup syair puji dan puja, kau menemukanku. Hanya tersenyum. Lalu begitu saja damai menghambur ke arahku.

Kembali tatapan matamu begitu tajam menusuk hulu hatiku. Aku terdiam. Dengan seluruh kebodohan semesta, aku hanya mampu memandangi jemari kakiku.

"Maukah kau mempercayaiku, Cintaku?" kembali kau menyapa. Oh, mana berani aku menatap mata teduhmu itu? Pastilah akan kau dapati mataku yang sembab. Mengurai air mata yang kubenci. Air mata kerapuhanku. 

Mereka selalu berkata, "Bullshit dengan air matamu, munafik!!"

Tapi tidak denganmu. 

Tak kupahami, mengapa kau tak pernah menyerah untuk mencintaiku? Pun tak pernah kumengerti, di antara bermilyar pribadi, kaulah yang selalu hadir menemani.

Seperti kini, coklat panasku telah habis. Kau mengambil gelasnya. Lalu kembali duduk di sampingku, menuangkan air surga dalam gelas yang baru saja kau ambil untukku. 

"Minumlah, dan kau tak akan haus lagi."

"Aku rindu kembali,"

"Kemarilah,"lengan perkasamu menarikku lembut. Aku hanya menurut. Dalam sekejap, kurasakan dekapmu. Hangat.

Tiada kata terucap. Hening. Sepi. Hanya desah napasmu terdengar menghalau perihku. Di tempat ini, pertemuan denganmu selalu melilit, merobek tirai hatiku. 

"Di sinilah tempatmu, apa lagi yang kau cari?" isak tangisku turun seperti bayi yang baru terlahir.

Kau benar, aku rapuh. Aku hanya bersembunyi di balik ketegaranku. Seakan aku terlahir sebagai batu karang. Sedang aku hanyalah buih.

Aku mencibir ketakutan!! Tetapi aku sendiri pulalah yang menyembunyikan keberanian. 

Akulah buih yang rapuh di tengah samudera. Aku tercipta dari air yang menghantam kerasnya batu karang. Namun, aku bukan karang. 

Engkaulah nelayan yang menyelamatkan buih. Mengambilku sepenuh hati. Meletakkanku di sebuah tempat kaca yang indah. 

Teruntuk yang terkasih, yang mengasihiku dalam kisahnya yang tak bisa basi, terimalah kasihku.

Akulah buih dan engkaulah sang nelayan...

Saat waktu menyebut dirinya 02:49, waktu janari

*Solo....hanya Solo saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun