"Salah satu guru kehidupan saya ternyata adalah sebuah penyakit yang tanpa sadar telah mengganggu kelenjar tiroid saya."
Hobi traveling saya harus terhenti sementara. Karena pandemi Covid-19? Ya, itu memang faktor utama, tetapi hasil uji klinis menyatakan bahwa thyroid stimulating hormon (TSH) saya sangat tinggi. Artinya, saya adalah penderita hipotiroid.
Banyak orang --perempuan maupun laki-laki-- menganggap enteng penyakit kelenjar gondok ini. Hanya masalah tiroid. Nggak ngaruh banyak kok ama aktivitas...so it's ok, shake it off...
Tipikal hipotiroid sebagai penyakit bukan menular seringkali mendapatkan stigma di masyarakat bahwa hipotiroid bukanlah penyakit yang pantas untuk mendapat perawatan atau atensi lebih.
Banyak penderita gangguan fungsi tiroid di Indonesia tidak menyadari bahwa sebenarnya ia sedang menderita gangguan pada kelenjar tiroidnya.
Meski demikian bukan berarti bahwa kita dapat mengesampingkan penyakit ini. Perlu diketahui, kelenjar tiroid bertugas untuk mengatur suhu tubuh, membentuk sintesis protein, kontrol pertumbuhan, dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak, dan vitamin.Â
Pula, bahwa ketidakseimbangan kinerja kelenjar tiroid akan menimbulkan eskalasi pada terganggunya sistem kerja organ tubuh yang lain, seperti kerja otak, jantung, ginjal, hingga masalah kesehatan mental.
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang mengatur kinerja emosi kita. Secara sekilas penyandang hipotiroid terkesan seperti seseorang yang mengalami disorientasi mental. Ini terjadi karena perubahan hormon pada tubuh sedang labil.
Khusus kali ini kita akan berkenalan dengan gangguan tiroid yang bersangkutan dengan kesehatan mental. Ada beberapa hal menyertai penderita gangguan tiroid, yang harus kita kenali, menurut dr. Dhani Redhono Harioputro, SpPD:
1. Perubahan Emosi yang Signifikan
Biasanya, swing mood ini terlihat sebagai gejala awal terganggunya kerja kelenjar tiroid. Seringkali menghinggapi penderita hipertiroid. Namun agar diagnosis kuat, maka pasien diharuskan melakukan uji TSH.
Swing mood (perubahan emosi) mungkin bukan sebuah kondisi yang luar biasa. Swing mood kadang terjadi di beberapa situasi. Bagi perempuan swing mood ini pada umumnya terjadi pada masa awal kehamilan, atau pra-menstruasi.
Bila marah akan terlihat luapan amarahnya, bila sedang sedih akan merasa begitu terpuruk, bila takut akan terasa seperti seluruh semesta ini membencinya.Â
Swing mood yang drastis bagi sebagian orang seringkali diidentifikasi sebagai gangguan mental seperti, bipolar, borderline personality disorder (BPD), atau pun disorientasi mental yang lain.
2. Penderita Hipotiroid Sulit untuk Berkonsentrasi
Waaaah, untuk yang satu ini, saya juga mengalaminya. Seringkali teman-teman menyebut saya sebagai penderita amnesia temporer, hehehe...
Sungguh ini benar-benar menyiksa saya. Ada sesuatu hal yang baru saja saya lakukan atau katakan seringkali lupa, sehingga banyak orang di sekitar saya sering menganjurkan saya untuk memasang alarm pada setiap hal atau perkataan yang saya ucapkan. Sungguh terlalu....:)
Hingga pada kunjungan pengobatan saya yang ke-2, dr. Dhani menanyakan apa saja yang kami lakukan pada kunjungan pengobatan saya yang pertama.Â
Apakah saya mampu mengingat secara kronologis tentang peristiwa-peristiwa yang menyebabkan saya divonis menderita hipotiroidisme.
Terapi ini dilakukan dokter dalam beberapa kali kunjungan, hingga saya dinyatakan mampu mengatasi "lupa".
3. Penderita Hipotiroid Seringkali Merasa Malas
Kembali lagi yha gengz...menyoal hormon tiroid. Pada kasus tertentu penderita hipotiroid akan merasa mudah letih atau lelah, sehingga penderita hipotiroid acapkali diserang kemalasan.Â
So, belum tentu seorang yang malas itu adalah pemalas dalam konotasi negatif yang enggak produktif yha, gengz ... hihihi...
Salah satu penelitian yang tertuang dalam Journal of Community Empowerment for Health, mencatat bahwa defisiensi kadar besi (Fe) dalam tubuh kita akan menurunkan aktivitas tiroperoksidase yang tergantung heme pada tiroid dan mengganggu produksi hormon tiroid.
Tiroid peroksidase memengaruhi iodin ke tiroksin yang membentuk T3 (triiodothyronine) dan T4 (thyroxine). Rendahnya kadar Fe menaikkan kadar TSH sirkulasi. Hal inilah yang menyebabkan hipotiroid seringkali disertai dengan anemia.
Namun satu hal yang paling penting, adalah sebaiknya kita tidak melakukan self diagnose.Â
Seperti yang kita ketahui, ada begitu banyak informasi dapat kita peroleh dari berselancar di dunia maya. Tak dapat dipungkiri internet memberi sumbangsih besar pada penyebaran informasi ke berbagai pihak.
Mudahnya informasi yang diperoleh seringkali memicu kita untuk melakukan self diagnose bila ada sesuatu yang salah dalam tubuh kita. Ini bukan hanya berbahaya bagi tubuh kita, namun self diagnose akan membahayakan kesehatan mental kita.Â
Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang kawan saya. Sebelum saya terdiagnosis sebagai penderita hipotiroid, ia mengirimkan satu artikel mengenai disorientasi mental. Saya mengerti, mungkin tujuannya adalah untuk membantu saya bangkit dari labilnya emosi saya.
Alih-alih membuat saya lebih tenang atau bangkit dari rasa frustasi, justru hal tersebut membuat saya yang sedang dalam fase bersedih, semakin merasa terpuruk. Saya malah bertambah depresi (hmmm, bila ingat peristiwa itu... :v ).
Maka saya sarankan, alangkah baiknya kita tidak berandai-andai dengan diagnosis. Baik itu berkaitan dengan kesehatan mental maupun kesehatan fisik, sebaiknya kita berkonsultasi kepada ahli kesehatan yang terkait.
Dari Solo, salam hangat, semoga tetap sehat,
Penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H