Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pentakosta dan Roh Kudus, Bukan Media Perdebatan

31 Mei 2020   07:07 Diperbarui: 31 Mei 2020   07:21 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: turunnya Roh Kudus saat murid-murid Yesus berkumpul dan berdoa (sumber: Pixabay.com)

Pencurahan Roh Kudus Pertama 

Hari ini tepat 10 hari setelah kenaikan Yesus Kristus ke Surga. Bagi pemeluk Nasrani hari ini adalah peringatan turunnya Roh Kudus atau Hari Pentakosta. Peringatan ini sebenarnya tak kalah penting dibandingkan dengan seluruh rangkaian peringatan perjalanan Yesus Kristus selama di bumi

Perihal turunnya Roh Kudus tak lepas dari rangkaian peristiwa sebelumnya, ada baiknya sedikit kita kembali melihat peristiwa sebelum para murid menerima Roh Kudus.

Kematian Yesus pada saat itu dipenuhi dengan intrik sosial yang begitu kental. Ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah dinilai sebagai sebuah ajaran sesat oleh kaum Farisi dan ahli Taurat. Namun Yesus pada saat itu justru dikenal hampir seluruh bangsa Yahudi, sehingga  membuat pamor kaum Farisi dan ahli Taurat menurun di mata masyarakat.

Hal inilah yang kemudian membuat para ahli Taurat besama Dewan Sanhedrin, dewan bentukan kerajaan Romawi yang dipercaya untuk ikut berperan dalam bidang politik di kursi pemerintahan dengan mengusung kepentingan religi publik. 

Dewan ini terus berusaha menekan perkembangan maupun pertumbuhan pengikut Kristus. Pembunuhan dan pembantaian terhadap pengikut Yesus terjadi di pelbagai wilayah demi menyingkirkan kompetitor mereka.

Semenjak kematian Yesus hingga pasca kenaikan Yesus ke Surga, murid-murid tinggal dalam segala kecemasan, ketakutan dan ancaman kematian yang memburu mereka setiap hari. Segala ketidakpastian mereka jumpai sehari-hari. Nyawa dan integritas iman mereka sedang dalam himpitan.

Dalam segala ketakutan tersebut, Petrus beserta para murid berkumpul di sebuah rumah untuk berdoa bersama. Pada momen inilah terjadi penggenapan janji Yesus kepada para murid.

"Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing."
(Kisah Para Rasul 2:2-3).

Peristiwa inilah yang mengawali pergerakan murid-murid Yesus untuk mengajarkan seluruh ajaran Yesus hingga hampir ke segala penjuru dunia. Peristiwa yang oleh gereja dengan denominasi pentacostal menyebutnya sebagai pencurahan Roh Kudus yang pertama.


Roh Kudus dan Peran-Nya

Siapa sebenarnya Roh Kudus? Seberapa jauh peranNya bagi manusia? Bukankah pertanyaan ini yang seringkali muncul dan menjadi perdebatan?

Pada suatu kesempatan Yesus pernah mengajar murid-muridNya, Yesus berkata," Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya," (Yohanes 14:16).

Dalam King James Version (KJV) disebutkan, And I will pray the Father, and he shall give you another Comforter, that he may abide with you for ever. 

Yesus menyebut seorang Penolong yang lain. Artinya bahwa setelah Yesus pergi terangkat ke surga, maka Allah menyediakan satu pribadi yang merupakan Roh Allah dalam konsep Tritunggal Allah.

Roh Allah inilah yang menuntun seseorang untuk menemukan langkah hidup dalam segala kebenaran Tuhan. Kebenaran yang diajarkan kepada setiap orang sesuai dengan tingkat pemahamannya masing-masing. 

Mengapa demikian? Seperti seorang murid yang sedang belajar, maka kemampuan serta cara pandang setiap murid terhadap pemahaman sebuah pelajaran berbeda antara satu dengan yang lain.

Bagaimana caraNya bekerja? Apakah audibel seperti pada jaman Musa, ataupun para nabi di Perjanjian Lama? 

Roh Kudus bekerja bukan hanya menuntun pada pemahaman spiritual dari setiap firman yang ada dalam kitab suci. Namun lebih dari itu. OtoritasNya dalam hidup ini mampu mengubah logos, yaitu setiap firman yang tertulis dalam kitab suci menjadi rhema, yang kemudian disebut sebagai sebuah "wahyu" atau "pencerahan".

Rhema inilah yang memampukan Petrus dengan latar belakang seorang nelayan, yang pada waktu itu  memiliki strata sosial yang  dianggap rendah oleh masyarakat, kemudian  menjadi seorang pengkhotbah di hadapan tiga ribu orang (Kisah Para Rasul 2:14-47). Bukan hanya itu saja, bahkan ia dimampukan untuk melakukan mujizat dalam nama Yesus.

Rhema ini pula yang membawa Paulus sebagai seorang mantan Dewan Sanhedrin,  berbicara tentang kebenaran ajaran Yesus di hadapan Mahkamah Agama serta memberikan pembelaan sekaligus apologetikanya atas dakwaan Tertulus dan Imam Besar Ananias di hadapan gubernur Felix sebagai wali negri Romawi, birokrat tertinggi yang menguasai Israel (Kisah Para Rasul 24:1-27).

Rhema ini pula yang telah membuat Weni Angelina, ibu dari Evan dan Nathan, dua orang anak korban bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela bulan Mei 2018 yang lalu, mampu mengampuni para pelaku bom bunuh diri tersebut.

Dan Roh Kudus yang sama pula, yang hidup dalam hati dan jiwa orang-orang percaya. Roh Kudus dengan kuasaNya akan mengubah logos menjadi rhema untuk menuntun langkah hidup orang yang percaya dan berharap pada Allah.

Dalam keyakinan Nasrani, peran Roh Kudus sebagai penolong, penghibur, mengingatkan akan pengorbanan Kristus di atas kayu salib, dan mengajar sesuai dengan level pemahaman masing-masing sudah seharusnya menjadi kebutuhan rohani bagi hidup setiap orang percaya.

Bagaimana mendapatkan rhemaNya? Satu-satunya cara adalah dengan membaca firmanNya. Kitab suci sebagai dasar dari segala rhema yang Roh Kudus ingin beritahukan.

Dalam artikel lama, pernah saya tulis tentang bagaimana jiwa itu bertumbuh (kulik "Mengelola Jiwa: Marah atau Amarah"). Maka yang dimaksud dalam hal ini adalah Roh Allah. Kepekaan ilahi-lah yang seringkali membuat kita mengerti apa seharusnya kita perbuat atau putuskan. 

Apakah kita akan memutuskan menerima suap atau tidak? Apakah kita akan melihat film porno atau tidak? Apakah kita akan menolong seseorang atau tidak? Apakah memaafkan mereka yang mengecewakan kita atau tidak?Bahkan apakah kita akan menerima suatu tender atau tidak. Oh, sampe segitunya? Yups.

Seperti rasul Paulus pernah berkata,'Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." (2Korintus 12:9)

Urgensi keberadaan Roh Kudus dalam hidup kita kembali ditegaskan oleh Yesus yang berkata, "Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni." (Matius 12:31). 

Dengan demikian, masih pantaskah Roh Kudus diperdebatkan?

*Solo,....selamat merasakan tuntunan Roh Kudus dalam hidup kita.

**Sumber: Alkitab TB, Lembaga Alkitab Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun