Tuan pagi kembali tersenyum, Dan berkata,"Kemarilah, kaulah kalamku. Bidak rinduku dalam senyummu. Kalamku adalah menikmati hadirku dalam bola matamu," sapanya meronakan raut mukaku
"Sungguh, Tuan, syair yang indah, bilakah kau renda bagiku kala malam lalu?"
Tuan pagi hanya tersenyum,"Lihatlah, kau membuatku menjadi kembali megah hanya dengan rekatan jemarimu,"
Tuan pagi menyapaku, kembali tersenyum, mencium keningku lalu memudar, berpencar, kembali mengelilingi semesta untuk sekedar mencari cerita tentang anak manusia, hingga ia kembali menyapa dalam rupa yang tak sama
Kata Tuan pagiku, "Jangan tunggu aku, jika kau rindu, panggillah aku,"senyumnya manis meski sekejap menghilang ditelan rawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H