Hola, amigos ...
Malam yang hening. Bola mata saya belum mau tertutupi oleh kelopaknya. Detak jarum jam dinding terdengar seperti terseret, menyeret waktu yang malas berlalu. Waktu malas berlalu? Hmm, monmaap lil bit ngayal niih.
Tapi, hey ..hening malam ini mengingatkan saya kembali pada sebuah cerita. Kamu bisa membacanya, atau kamu ingin melewatinya? Nggak pa pa...karena bila tak begitu suka basa basi masi tetap sah sah ajha kok. Cuman saya akan tetap bercerita, hehehe.
Tentang sepasang kekasih, Jono dan Jeni. Para saat pertama bertemu, Jono begitu mengagumi Jeni dengan segala kepribadiannya yang lembut namun terkesan sebagai wanita kuat dan mandiri. Begitu pula dengan Jeni, yang pada awal pertemuannya dengan Jono sangat terkagum dengan kesabaran dan sikap gentleman si Jono.Â
Dengan berjalannya waktu, mereka mulai mengenal karakter masing-masing pasangan. Namun ada sedikit turbulensi dalam hubungan mereka.Â
Jono tak lagi merasakan sikap mandiri pada diri Jeni. Alih-alih mandiri. Jono melihat Jeni semakin hari semakin manja padanya. Setiap hal selalu diceritakannya, tak pernah satu hal pun dalam keseharian Jeni luput dari curhatannya kepada Jono.
Demikian pula Jeni merasa Jono berubah. Sikap sabar dan tulus tak lagi dijumpai pada Jono. Jangankan sabar, bahkan Jono seringkali bersikap acuh dan tak peduli lagi padanya.
Hingga pada akhirnya, hubungan mereka berdua kandas karena masing-masing merasa lelah untuk menjalani hubungan tersebut. Baik Jono maupun Jeni mengaku bahwa mereka berdua tak lagi sama seperti dulu. Sikap mereka telah berubah satu sama lain.
Hmm, apa di antara kalian juga pernah menjumpai kisah yang sama? Atau hehehe, kalian pun baru dalam kondisi yang sama seperti cerita di atas? Maaf, kawan,...bukan maksud hati menyinggung perasaanmu...
Yuk kita ngobrolin soal yang satu ini. Ya, intermeso aja, karena sudah terlalu banyak berita corona yang kita dengar. Atau dari pada sebel ama diri sendiri yang ga bisa ketemu gebetan gegara #stayathome , mending di rumah aja, sambil baca artikel ini, kay? sambil rebahan juga ndak pa pa, sans aja.
So,...berawal dari rasa usil yang menjangkiti batin ini beberapa waktu terakhir, ternyata ide jahil ini nangkring juga di lobus frontal saya.