Menulis puisi di akun Instagram pribadi adalah langkah saya untuk kembali berani mengekspresikan ide dalam otak saya.
Gambar diatas adalah kali pertama saya kembali menulis dan saya post di akun pribadi, setelah vakum dari media sosial selama 1-2 bulan terakhir. Mau tahu respon yang terjadi?
Begitu banyak respon teman-teman Kompasianer yang sungguh membuat saya menjadi terheran. Ternyata mereka masih mengingat saya, dan menanyakan tentang kabar saya.Â
Well, haruskah saya sebut satu per satu? Hmmm, deretan nama yang telah terwakilkan oleh dua Kompasianer di atas membuat mimpi saya menjadi nyata. Mungki kami hanya bertemu di dunia maya. Namun saya yakin persahabatan kami tidaklah maya dan imajiner.Â
Semua ini mungkin hanya sapaan bagi mereka,namun bagi saya ini merupakan hal yang kembali membangun diri saya,bahwa saya selama ini tidak sendiri. Â Begitu banyak sahabat yang telah membangun saya menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
Saya tidak pernah menduga, bahwa apa yang kita berikan dengan tulus tanpa kita duga akan kembali pula dengan ketulusan.
Di saat saya merasa sangat tidak percaya diri, setelah undur dari kegiatan menulis saya ini, ternyata kebaikan sahabat Kompasianer yang begitu kompak telah membangkitkan kembali niat saya untuk menulis.
Terimakasih untuk rasa saling memberi yang telah saya terima di sini. Terimakasih untuk kasih sebagai sahabat yang telah terjalin di komunitas ini.
Tanpa memandang jarak, rentang usia, pekerjaan, atau status sosial dalam masyarakat, tanpa peduli apakah kita masih berstatus pelajar, atau telah menjadi pensiunan. Ada passion yang membakar saya di sini, untuk tidak merasa sendiri lagi.Â
Natal tahun lalu saya habiskan dengan air mata, karena tak lagi ada ibunda yang mendampingi doa malam Natal saya. Â Tak ada lagi teman yang mau berlutut dan mengucap seuntai doa bagi bangsa, saudara, kawan, dan bahkan bagi mereka yang belum bisa berbagi kenyamanan dengan kami.