Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

A Living Relationship

24 Desember 2019   10:59 Diperbarui: 24 Desember 2019   11:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay

Amsal 13:20 (TB)  Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.

Memperhatikan kehidupan dan segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini sangatlah menakjubkan. Salah satunya, adalah menyadari bahwa kita adalah makhluk yang tak mampu hidup sendiri. Karena Tuhan tak pernah menciptakan manusia hanya seorang diri saja.

Sadari bahwa masing-masing kita diberi waktu yang sama dalam satu hari untuk beraktivitas dan menghidupi hidup kita. Satu hari kita mendapat kesempatan selama 24 jam. Adakah diantara kita mendapatkkan yang lebih dari itu? Atau adakah yang kurang? Semua kita mendapat tentang waktu yang sama dalam hidup ini.

Akan tetapi, pernahkah kita bertanya, mengapa diantara kita ada yang sehat dan ada yang sakit. Ada yang pekerjaannya lancar tetapi ada yang tidak. Ada yang promosinya cepat namun ada yang masih menganggur saja. Ada yang sudah punya rumah lima, ada yang masih tidur di emperan toko. Mengapa? Bagaimana mungkin semua itu bisa terjadi?

Mengamati situasi ini, saya menjadi tertarik untuk berbagi tulisan saya. Sebagai makhluk sosial tentunya kita dituntut untuk hidup berelasi dengan sesama kita. Saling sapa, saling mengisi kehidupan, saling membantu, saling melengkapi, saling mengisi dan bahkan masih banyak lagi kata "saling" menghiasi relasi yang kita bangun.

Pergaulan kita akan menentukan siapa diri kita.

Saya kembali teringat ada satu tagline dalam sebuah komunitas yang menyatakan, "show me your friend and I'll show you the future" . Tagline tersebut kembali menggugah rasa ketertarikan saya untuk meneliti dan menguliti sejauh mana setiap kita membutuhkan relasi dalam hidup bersosial.

Kita hidup dengan orang yang bersemangat, maka kita akan tertular untuk hidup bersemangat, atau kita sering berkumpul dengan orang-orang yang berpikir negatif, maka secara tidak sadar kita pun akan ikut untuk terbiasa hidup dengan pemikiran negatif kita.

Atau kita lebih memilih untuk menghabiskan waktu kita bergaul dengan orang-orang bijak, maka, kita pun akan ikut belajar menjadi bijaksana.

Pendek kata, dengan siapa kita membangun sebuah relasi, kemungkinan besar akan menentukan siapa jati diri kita.

Lalu bagaimana kita mampu memilih relasi yang tepat, yang mampu membangun kehidupan kita menjadi lebih baik? Ada 3 hal yang mungkin bisa menjadi gambaran  kita untuk membangun relasi, agar hidup kita pun menjadi lebih bermanfaat. Wanna know bout it?

1. Kehidupan

Seseorang yang mempunyai hidup dan mengisi kehidupannya tentunya adalah orang yang mampu memahami apa itu hidup.

Orang yang hidup, dan memiliki kehidupan di dalam dirinya pastilah selalu mempunyai pandangan yang ke depan. Proyeksinya selalu ke depan.

Di sini saya tidak berusaha mengecilkan arti evaluasi diri. Bolehlah kita melakukannya sekali waktu. Penyesalan memang diperlukan pada sebuah peristiwa. Namun jangan sampai masa lalu menyeret kita terlalu jauh dari masa kini dan masa yang akan datang. Segeralah untuk bangun, bangkit dan berjalan.

Sebuah bangsa yang hidup adalah bangsa yang mempunyai visi ke depan, pandangan ke depan, tak peduli masalah yang dihadapi tetap selalu melihat ke arah depan. And the important thing is, we should have known what do we do now and the future.

2. Passionate
Passion, dalam hal ini saya diskripsikan sebagai gairah. Orang yang bergairah selalu dipenuhi dengan semangat.

Punya ide ke depan yang fantastis tapi jika tidak disertai dengan gairah maka hasilnya pun berhenti di tengah jalan.

Bergaul dengan orang-orang yang mempunyai passion yang tinggi akan membuat kita terus- menerus berusaha dan mencoba untuk menggali lebih dalam dan lebih luas lagi atas semua usaha yang saat ini kita jalani dan segala cita yang telah tertanam di ujung langit mimpi kita. Selalu percaya that the best is yet to come.

Jika saya boleh mengibaratkan passion itu sebagai bara api, maka coba kita renungkan sebentar mengenai ilustrasi ini.

Seorang pedagang sate akan membakar lemak dari daging yang dijualnya di atas bara api, agar baunya tercium sampai kepada para calon pembeli, sehingga mereka lantas membeli sate tersebut.

Pedagang tersebut tak akan membakar lemak daging dengan arang yang tak menyala sebagai bara. Ia membutuhkan bara api tersebut untuk terus memikat calon pembeli untuk datang.

Lalu bagaimana dengan pilihan kita? Hidup dengan orang yang mempunyai kehidupan di dalamnya, dan mempunyai passion akan lebih membuat hidup kita menjadi lebih hidup, bukan?

Dalam sebuah chat dengan salah seorang kompasianer, saya pernah melemparkan sebuah rumusan mengenai apa itu passion.

Bagi saya pribadi,

Passion = Talent + Opportunity

Passion sangat berbeda dengan talenta. Talenta adalah karunia dan bakat yang ada pada diri seseorang. Sedangkan passion itu akan terjadi jika talenta yang kita miliki bertemu dengan kesempatan yang datang pada kita.

Memiliki passion adalah salah satu hal penting dalam menghidupi sebuah relasi. Relasi dalam bentuk dan jenis apa pun itu.

Saya pun pernah memaparkan seperti apakah passion, dalam tulisan saya di kolom yang lain. 

Sebagai pengingat saja, saya pernah menyampaikan, bahwa saya mempunyai hobi menulis, sangat menyukai menulis, dan menulis adalah suatu bentuk wujud kemerdekaan pemikiran saya, dan saya tak pernah merasa terbeban dengan kegiatan menulis ini. Itulah talenta.

Kemudian saya menemukan Kompasiana sebagai wadah untuk saya membuat blog dan menulis secara berintegritas. Kompasiana adalah kesempatan bagi saya untuk mengembangkan apa yang ada dalam diri saya. Menulis.

Dan melalui apa yang saya lakukan di Kompasiana mendorong gairah saya, passion saya untuk terus menulis, yang dari hari lepas hari mulai berkembang menjadi sebuah kebutuhan saya, dan menjadikan, sekali lagi, menulis bukan lagi sebuah beban. Namun inilah kebebasan. Inilah passion.

Dan komunitas ini telah mengenalkan saya pada pribadi-pribadi seperti Anda semua, pribadi yang penuh passion. Terimakasih.

3. Fruitfullness
Sebuah relasi yang hidup akan membuahkan hasil. Tinggal bagaimana kita mengolah relasi yang kita punyai agar tetap menjadi hidup.

Di dalam kerangka kehidupan bukan berarti tidak ada masalah. Pasti ada. Namun bagaimana kita menyikapi masalah tersebutlah yang akan menentukan apakah kita hidup dalam kehidupan atau kematian.

Jika kita hanya berpikir dan beranggapan andai saja terjadi ini, atau jika saja saya begitu, atau dulu saya punya prestasi yang selalu dibanggakan, atau mungkin, dulu dagangan saya selalu diminati banyak orang, atau mungkin dulu saya begini, hidup saya begitu, maka kita perlu waspada, karena kita hidup dalam "kematian", dan bukan kehidupan.
There would be no strength without any burden.

Jika kita ingin tahu apakah kita mampu membuahkan hasil yang baik dalam hidup ini, salah satu caranya adalah bagaimana kita mampu menghadapi setiap masalah yang hadir dalam kehidupan kita.

Ya, tentu saja, seringkali tempat permasalahan adalah bukan dari permasalahan itu sendiri, namun ada pada akar permasalahan yang tersembunyi di kedalaman yang tak terlihat.

Kadang setiap kita lebih menyukai untuk mengubur akar permasalahan terlalu dalam, sehingga kita tak lagi mampu mengetahui bahwa ada bagian dari akar tersebut yang membusuk, bahkan ada bagian yang mungkin telah mati, sehingga menghambat proses pembuahan kita (Ps. Jose)

Dan akhirnya kita tak mampu berbuah, atau berbuah namun selalu saja tidak maksimal. Misalnya, pekerjaan yang sudah lama kita geluti ya, cuma sampai itu-itu saja tak ada peningkatan, atau mutu hidup kita, dari dulu ya, cuma seperti ini saja Tak ada kemajuan, bahkan mengalami kemunduran.

So, don't waste our time, jangan buang waktu kita percuma, karena waktu kita hanya terbatas. Kita bukan manusia yang hidup kekal selamanya di dunia ini. Now the question is, what am I gonna do with my life?

Kita hanya diberi waktu dan kesempatan 1 x 24 jam untuk mampu memberikan yang terbaik selama kita hidup. Maka mari kita bersama-sama membangun relasi yang hidup dan menghidupinya dengan passion, sehingga hidup kita pun menjadi lebih bermakna, dan berbuah manis bagi sesama kita.

Selamat menikmati relasi anda, selamat menghidupi hidup anda, dan selamat melewati masa waktu anda....have a nice day...n God bless you...

PS : Thanks from the deepest heart, for every supporting words and spirit you've been shared to us Ps. Jose, may God bless your ministry n fam....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun