Tim medis dengan cekatan menolong Mami. Spatula dimasukkan ke dalam mulut Mami, agar lidahnya tak tergigit. Dan entah tindakan apalagi. Aku tak mampu melihatnya.
Yang kulihat, setelah semua tenang, Mami pun kembali tenang. Seorang perawat menghampiriku. Mungkin karena aku hanya seorang diri di situ.Â
Dan entah apa yang sempat terlintas dalam pikiranku. Entahlah. Aku sendiri tak sempat mengenalinya. Semua seperti berhenti. Otakku seperti tak mampu lagi mengolah data, atau mengeluarkan output yang bermutu. Blank. Kosong.
"Mbak...ini saya hanya ingin memberi tahu, Mbak ga usah bingung. Hanya saja, Ibu sedang mengalami hilang kesadaran. Mungkin besok dokter baru bisa visit. Njenengan boleh bertanya sama Pak Dokter untuk lebih jelasnya," kata perawat itu.
Sopor. Ya. Mami sudah dua minggu ini dirawat di rumah sakit. Kondisinya yang hanya bisa dalam fase sopor membuat kami harus terus menerus memantau kesehatannya.Â
Fase sopor adalah sebuah fase dimana seseorang kehilangan kesadarannya, bukan fase koma, namun bisa dikatakan hampir menyerupai koma.
Aku senang, Mami sudah boleh kami bawa pulang, setelah hampir dua minggu dirawat di rumah sakit. Namun karena Mami dalam kondisinya yang tak sadar, mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Malam itu, kami kembali membawa Mami ke rumah sakit.
Waktu terus berlalu. Akhirnya aku berjumpa dengan Desember, bulan yang telah lama kutunggu. Setiap malam, aku harus bergantian menjaga Mami. Setiap malam, hanya musik digitalku sajalah yang menemaniku.Â
Malam ini hujan turun deras. Petir dan guntur menghujani malam yang basah air surga dengan suara dan kilat yang saling berbalas santun. Musim hujan mulai menggerayangi bumi tempat aku berdiam.
Aku seorang diri di kamar bersama Mami. Ada lagu "Jangan Lupakan" dari Nidji. Well, band favoritku ini selalu menemaniku bersama Mami.Â
" Would it be nice to hold you, would it be nice to take you home, would it be nice to kiss you..." kubisikkan sepotong lagu itu di telinga Mami. Meski aku tahu, dalam keadaan sadar pun Mami tak akan mengerti artinya. Mami hanya lulusan SD. "Bagus ya, Mam..."