Menunggu itu pasrah?Â
Arswendo Atmowiloto dalam salah satu novel best seller nya, Canting, pernah menyertakan satu prinsip dalam kata "pasrah".Â
"Menunggu adalah sikap pasrah. Menunggu adalah pasrah. Menunggu adalah menerima nasib, menerima takdir. Menjalani kehidupan. Bukan menyerah, bukan kalah, bukan sikap pandir. Pasrah ialah mengalir. Bersiap menerima yang terburuk saat mengharapkan yang terbaik."
Ya. Memang, menunggu adalah sebuah proses dimana kita harus belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Belajar sabar, belajar rendah hati, belajar tekun dengan terus berikhtiar, belajar tetap berharap, belajar menjadi berjiwa besar, belajar menjadi lebih dewasa, dan masih banyak hal yang mungkin belum saya sebutkan saat kita menjalani proses menunggu. Semua kembali pada pengalaman hidup kita masing-masing.
Sebuah ilustrasi akan saya coba hadirkan di sini, untuk menggambarkan indahnya proses menunggu.
Seorang barista pasti akan tahu bagaimana ia menyajikan kopi yang telah kita pesan. Ia akan menyiapkan gelas yang tepat, untuk kopi tersebut. Apakah kopi yang kita pesan itu hangat atau dingin. Dalam proses penyajian tersebut, seorang barista pun tahu, kapan sebuah gelas yang telah disiapkan sejak awal, akan diisi dengan kopi yang sesuai dengan gelas tersebut.
Mari kita coba berandai-andai. Andai barista tersebut adalah Tuhan, sedangkan kopi yang siap dituangkan ke dalam gelas tersebut adalah anugerah pemberianNya, dan gelas tersebut adalah kita, maka, bukankah Tuhan tahu kapan Ia akan menuangkan kopi yang sesuai ke dalam gelas yang tepat pada saat yang tepat?Â
Ia tahu benar kapan kita siap menerima semua anugerah pemberianNya. Dan menunggu adalah proses kita disiapkan, proses yang hanyalah Tuhan sendiri, Sang Pencipta sendirilah yang menentukan kapan kita siap menerima anugerahNya.
Bosan boleh datang dalam hidup kita sebagai fakta bahwa kita memang manusia, "human beeing, not human doing". Namun bosan tak boleh tinggal selamanya.Â
Karena menunggu bukan hal yang hanya bisa diisi dengan kata "bosan", lalu menyerah, namun bisa kita isi dengan membangun diri.