Satu contoh lagi, suatu kali saya dengan teman saya, sebut saja namanya Rico. Dia sudah berkeluarga, punya seorang istri dan seorang anak. Kami, saya dan Rico seringkali bertukar pikiran, karena kami berada dalam satu pekerjaan sebagai konselor.
Kami bertukar pikiran bahkan sampai tengah malam. Apa yang sering kami bahas? Ya, tentang berbagai macam hal yang terjadi. Mulai dari kejadian atau kasus yang kami hadapi sampai dengan kehidupan pribadi kami.Â
Hal yang paling menggelitik batin dan pemikiran saya adalah istri Rico bahkan sangat percaya penuh, dan ia tak pernah merasa curiga pada hubungan kami berdua.
Apakah saya kembali memanfaatkan momen ini? Hohoho, kembali lagi "pagar" itu ada di sekeliling saya.Â
Berdiskusi dengan laki-laki yang sudah menikah adalah hal yang seringkali menambah pengetahuan bagi saya yang single. Mengapa?
Laki-laki mempunyai daya pemikiran logis yang jauh lebih tinggi dari wanita yang lebih banyak menggunakan perasaan dan insting. Perasaan inilah yang seringkali membuat para wanita merasa nyaman jika sudah berada bersama dengan laki-laki yang bisa memberikan perlakuan khusus bagi wanita.Â
Kebutuhan saya untuk bertahan hidup sebagai seorang wanita single tak menutup kemungkinan bagi saya untuk melatih logika saya membuat suatu keputusan dalam kehidupan saya.Â
Berdiskusi dan banyak belajar dari kaum laki-laki, baik laki-laki yang menikah atau yang masih singlehood bukanlah sebuah ancaman bagi saya.Â
Jadi, beberapa hal yang penting adalah:
- Tetap menyadari sepenuhnya "pagar" itu selalu ada.
- Tetap berprinsip pada tujuan awal kita membangun relasi tersebut.
- Mengenal keluarga mereka dan menjalin hubungan baik dengan istri dan anak-anak mereka.
- Menjaga jarak. Karena bagi wanita, baik singlehood maupun dalam status menikah harus mampu menjaga jarak. Menjaga jarak ini pun menjadikan kita disegani oleh para laki-laki. Bukan begitu, lelaki? Hmmm, correct me if I'm wrong :)
Jadi bukanlah suatu masalah jika kita mengkondisikan diri kita. Saya pun belajar untuk menjadi wanita yang bisa menjaga diri. Mari kita ingat satu hal. Sebenarnya, permasalahannya bukan terletak pada salah atau benar. Karena kita tahu mana yang salah dan mana yang benar.Â
Yang perlu kita semua sadari dalam membangun sebuah relasi dengan sesama kita adalah "pantas atau tidak".Â