Menggandeng beberapa artis Korea seperti Himask dan Hanseul ternyata acara budaya ini pun banyak dipadati oleh anak-anak muda milenial.
Bagi saya pribadi, setiap tahunnya perhelatan SIPA ini selalu membawa keunikan tersendiri. Serasa kita dibawa ke dalam satu dunia penuh dengan aneka warna aroma kebudayaan bangsa-bangsa seantero dunia. Surga bagi para penikmat budaya.
Lightning yang memukau menambah eksotisnya acara yang dimulai dari pukul 19:00 WIB sampai dengan selesai.
Penampilan dari Jepang, Yamato Dance Unit membawakan suatu tarian yang bercerita tentang pemaknaan hidup, perjalanan yang kembali ke masa lalu sebagai refleksi bagi kehidupan hari ini yang mengalir ke masa depan.
Karena acara tersebut dibuka untuk umum tanpa tiket masuk, maka jelas para penikmat SIPA datang dari berbagai tempat. Acara ini cukup menarik dan rapi, karena dari pihak panitia telah menyediakan tempat duduk bagi para penonton yang ingin menikmati suguhan tari di bawah cakrawala malam.Â
Angin malam yang dingin tak mengubah keinginan kaum muda mudi yang semakin malam semakin banyak memadati area pertunjukan.Â
Jika saja Anda turut menyaksikan malam ini, Anda pun pasti akan merasakan sensasi rasa yang sama saat aroma dupa yang harum menyeruak menebar fantasi kita untuk kembali ke masa silam, menerawang ke bilik-bilik asrama kuno nan mistis yang ada dalam benteng Vastenburg.
Tertarik dengan eksotisme Solo, saya akan bedah lagi di lain kesempatan. Mari nikmati bersama alunan tembang Elizabeth Sudira, Putri Solo II 2010 yang menjadi Maskot SIPA 2019. Jangan datangi Solo jika tak kuasa nahan rindunya....