"Hidup backpacker dipelihara oleh teman dan lansia," itu jargon saya. Hahahaha... Dari rumah, ternyata teman-teman lansia saya ini sudah membagi tugas, ada yang membawa makanan ringan, minuman sachet, hingga makanan pengganjal perut. Saya? Hehehe, hanya membawa satu termos air panas berukuran 1600 ml. Ternyata mereka sangat mengerti jargon saya dengan benar...
Well, it's a great journey with them, anyway. And I was so enjoy that marvelous time.
Keindahan lain yang saya jumpai adalah kehangatan rasa persaudaraan saat saya memperhatikan mereka tertawa dan saling berbagi cerita satu dengan yang lain. Saat ada yang sakit, sesegera mungkin salah satu diantara mereka merawat teman kami agar lebih nyaman.
Sampai di stasiun Pasar Senen tepat pukul 03:54 WIB sesuai jadwal. Right on time...
Kami dijemput ke tempat di mana kami ingin kunjungi. Seorang bapak rohani kami, yang genap berusia 72 tahun pada 16 September yang lalu telah menderita stroke selama kurang lebih 3 tahun ini.Â
Dalam semangatnya yang ditularkan pada kami, beliau bahkan telah menampakkan kemajuan dalam hal membalas respon dari kami. Mukjizat ? Tentu saja. Paling tidak, ada kebahagiaan yang terpancar nyata, dari sorot matanya. Namun ada hal yang lebih penting dari itu semua.Â
Saat dimana kami saling membagi kepedulian satu dengan yang lain, maka yang kami dapatkan adalah rasa sukacita, dan semangat, serta hangatnya persaudaraan lintas ras dan suku.
Kembali ke Solo, kami pun masih menggunakan kereta api ekonomi. Ada hal yang manis bagi saya. Bonus dari Tuhan.
Biasanya jika saya ngetrip sendirian, saya hanya berbekal mie instan cup dan satu termos air panas, serta 1-2 sachet minuman instan, menemani perjalanan saya. Itu jika saya mau repot. Terkadang saya tak membawa semua perabotan itu.
Kali ini, teman-teman dari Jakarta ternyata tak mau kami kelaparan dalam perjalanan pulang. Hehehehe....