Marah adalah sebuah perasaan ketidaksenangan yang dirasakan oleh semua individu saat kita merasa tertantang atau terluka. Dan marah ini, masih dalam tahap emosional yang wajar.
Sebagai contoh, kita marah saat nilai sekolah anak kita jelek, kita marah saat seseorang berbohong pada kita, dan lainnya.
Lalu bagian mana yang tidak wajar?
Berbeda dengan marah. Hal yang perlu kita waspadai adalah amarah. Amarah adalah bentuk kemarahan yang extrim, yang merusak, sekaligus mendendam. Amarah mampu mengakibatkan seseorang melakukan perilaku yang dapat merusak orang lain maupun dirinya sendiri. Inilah suatu kondisi yang tidak lazim.
Ijinkan sekali lagi saya mengutip jawaban komentar saya dari Kompasianer kita, Philip Manurung, yang mungkin beliau kutip dari Matius 24:12.
"Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."
Kasih. Ya,...kasih itu telah menjadi dingin. Begitu banyak hal yang membuat kita seakan tak menyadari bahwa apa yang kita perkatakan, baik secara langsung maupun lewat media sosial kita seringkali membuat orang lain menjadi terluka.
Mari saya ingin berbagi 3 hal yang menjadikan kita mampu mengelola kemarahan :
1. Ego adalah akar, amarah itu adalah buah.
Mari kita belajar untuk memahami bahwa sebenarnya amarah adalah buah dari egoisme kita yang berupa selfishness (kesombongan) dan selfpitty (mengasihi hal-hal yang bersifat materi).
Sebagai contoh, kita akan marah bila keberadaan kita tidak dianggap penting oleh orang lain ("ya, kan ga ada yang nyambut saya waktu datang. Emang mereka ga ngerti siapa saya?" pernah mendengar orang mengatakan hal seperti itu?)Â