Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sebutir Asmara di Linggarjati

17 Agustus 2019   22:57 Diperbarui: 18 Agustus 2019   02:13 2697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

11 November 1946, hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Sebuah perundingan bagi terwujudnya cita-cita Pemerintah untuk mengukuhkan status wilayah Jawa, Sumatera, dan Madura di bawah kekuasaan Indonesia digelar di Linggarjati.

Semua tamu mulai menghadiri tempat rapat. Begitu pula rombongan dari istana Mangkunegaran. Kali ini Sutan Sjahrir secara pribadi menyambut kedatangan rombongan Mangkunegaran.

"Selamat datang di Lingarjati, Kanjeng Gusti, kami sudah persiapkan sebuah rumah untuk menginap," sambut pria yang lebih akrab disapa Bung Kecil.

Saat itulah dua pribadi unik bertemu untuk kedua kalinya. Kali ini mereka bukan bertemu lewat surat. Namun kedua pasang mata bertemu dan melahirkan sebuah gelora asmara dalam benak Bung Kecil.

Sore telah berganti tugas dengan malam,  Bung Kecil mengunjungi rumah perundingan Belanda-Indonesia, tempat Sang Putri Kembang Mangkunegaran menginap.

"Bagaimana kabarnya, Putri?" sapa Bung Kecil.

"Baik,"jawab Sang Putri singkat. "Terimakasih untuk semua hadiahnya, Bung,"sambungnya

"Oh ... Itu hanya oleh-oleh biasa," sangat kaku Bung Kecil menjawab. Seluruh kekuatan negosiatornya seakan runtuh ditelan gemuruh debar jantung yang menghiasi malamnya bersama Sang Putri Kembang Mangkunegaran.

Di ruang itu pulalah, Sang Perdana Menteri menyatakan keinginan tertingginya untuk meminang Putri nan ayu pujaan negri.

Di situ pula Sang Putri Kembang Mangkunegaran membiarkan tangan perkasa Sutan Sjahrir membelai pipi dan dagunya. Mungkin kisah cinta ini sangatlah unik bagi Sang Putri, hingga ingatan malam itu tak pernah lepas dari ingatannya.

Linggarjati telah menjadi saksi, asmara yang tertelan masa. Kala pinangan telah terurai, namun logika Sang Putri telah mematahkan kembali satu hati sang negosiator negri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun