Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Solo Kota Budaya, Tempat Ajang International Mask Festival 2019

7 Juli 2019   19:47 Diperbarui: 8 Juli 2019   08:17 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pengunjung yang setia menanti pertunjukan tari (dok.pri)

Gerimis menghiasi kota Solo sore hari 06/07/2019, tak jua menyurutkan langkah kami menuju Pendapi Gedhe Balaikota Surakarta.

International Mask Festival 2019 yang biasanya diselenggarakan di Keraton Mangkunegaran Solo, tahun ini sengaja dihadirkan di Pendapi Gedhe Balaikota Surakarta.

Seperti diulas dalam Kompascom tanggal 06/07/2019 yang lalu,hari ini adalah acara penutupan IMF 2019 dan saya tak mau ketinggalan momen berharga ini.

pengunjung yang setia menanti pertunjukan tari (dok.pri)
pengunjung yang setia menanti pertunjukan tari (dok.pri)

Pendhapi Gedhe dihiasi oleh banyak orang yang sudah menunggu suguhan penampilan tari dari beberapa daerah. Beberapa terlihat mulai memadati ruang Pendapi Gedhe, sedang yang sebagian masih menikmati sore dengan duduk lesehan di halaman Balaikota Surakarta.

Sungguh, saya berharap Anda pun ikut menikmati cantiknya Solo malam ini.

Bersama dengan teman-teman dari berbagai media massa, dan penggiat seni, serta warga Solo yang mulai memadati ruangan yang disediakan Panitia secara gratis, saya pun ikut memadati aula Balaikota Surakarta.

Pada penutupan IMF 2019 akan ada pertunjukan tari dari Solo, Cirebon, Gunung Kidul, Kebumen, dan bahkan dari luar negeri, Belgia.

Penampilan pertama datang dari para penari dari Sanggar tari Ngesti Budoyo, Gunung Kidul. Sejumlah penari membawakan sebuah suguhan memukau, hampir mirip dengan sendratari mini, yang bercerita seputar kisah Panji Asmoro Bangun dengan Putri Sekartaji.

 

suguhan tari dari Gunung Kidul, sebagai pembuka acara (dok.pr
suguhan tari dari Gunung Kidul, sebagai pembuka acara (dok.pr
Dimainkan secara  epik, mengundang decak kagum para pengunjung, dan juga berpuluh kamera pemuja estetika.

Demikian pula penampilan kedua yang diisi oleh duo seniman dari Belgia. Menampilkan aksi dan tari modern bertema topeng, Anton Lamberd dan Wito Geerts mengaku sangat menikmati suasana dan setiap penampilan para penari dalam IMF 2019.

penampilan dari Belgia (dok.pri)
penampilan dari Belgia (dok.pri)

Ditemui setelah usai acara, duo seniman yang pernah mengadakan pertunjukan bareng dengan Eko Supriyadi (seniman Solo), Wito Geerts mengungkap rasa senangnya untuk ikut berpartisipasi dalam IMF 2019.

"IMF, I think good event to celebrate culture, like true culture from a country that is very rich in its culture. So, for me personally I like to be here because I like to know the culture (menurut saya IMF adalah sebuah ajang untuk merayakan budaya, seperti budaya asli dari negara yang sangat kaya akan budayanya. Saya secara pribadi sangat senang berada di sini, karena saya bisa mengenal budaya-budaya tersebut)," kata Wito Geerts.

Penampil ketiga datang dari Sanggar Handayani Dinas Pendidikan Kebumen. Penampilan Kebumen bertajuk "Cepetan" tak kalah menariknya dengan yang lain. Kelincahan beberapa orang penari yang mengusung keindahan bocah yang pethakilan (usil) mampu dipersembahkan secara rapih dari awal sampai akhir.

persembahan tari dari Kebumen (dok.pri)
persembahan tari dari Kebumen (dok.pri)

Ajakan untuk mendalami seni sebagai salah satu pelajaran filosofi hidup datang dari penampilan Sanggar Seni Wijaya Kusuma, Cirebon. Tarian yang membawa cerita epik tentang Prabu Jingga Anom, sang pembelot kerajaan melawan Tumenggung Magangdiraja yang setia pada kerajaan mengajarkan kepada kita manusia untuk selalu mengingat dan taat pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

persembahan tari dari Cirebon (dok.pri)
persembahan tari dari Cirebon (dok.pri)

Decak kagum para penonton tak mampu terbendung kala suguhan tari berjudul Bapang dari Malang, dipersembahkan oleh Tedjo Dance, dari Solo. Berkisah tentang seorang yang bernama Bapang menggambarkan sosok sombong dan angkuh, terlihat dari kostum serba merah, dan olah tari yang selalu membusungkan dada. 

Tari Bapang sebagai tari terakhir IMF 2019 (dok.pri)
Tari Bapang sebagai tari terakhir IMF 2019 (dok.pri)
Penampilan yang menarik dari Solo ternyata bukan suguhan terakhir. Sebagai penutup acara para penonton diajak untuk merasakan kegembiraan para penari malam itu.

Penonton diajak untuk ikut ambil bagian dalam euforia malam nan indah yang sempat terukir meriah di kota Solo. 

Sebuah tarian asal Papua dijadikan salam perpisahan yang manis antara penonton dan IMF 2019. 

menari bersama saat penutupan acara (dok.pri)
menari bersama saat penutupan acara (dok.pri)
Usai acara, para pengunjung tak jua segera beranjak dari area Balaikota Surakarta. Malam cantik ini mereka habiskan bersama keluarga, atau sekedar duduk lesehan bersama sahabat menghabiskan waktu tanpa hujan di bawah langit malam kota Solo.

Saya lebih suka menghabiskan malam bersama para penari. Dan ternyata,saya berhasil mencuri sedikit waktu para penari untuk berbagi harapan tentang International Mask Festival tahun yang akan datang.

sukses dalam penampilan, inilah duo seniman Belgia dan pelaku seni Cirebon (dok.pri)
sukses dalam penampilan, inilah duo seniman Belgia dan pelaku seni Cirebon (dok.pri)

Ditemui secara terpisah, seorang Inu Kertapati, penampil tari dari Cirebon menyatakan keinginannya supaya di hari mendatang acara IMF diadakan bukan hanya dua hari. 

"Saya sangat berharap tahun depan bisa tampil kembali di acara ini. Yang, namanya harapan, boleh saja, kan, kalo boleh Acra ini diadakan seminggu. Jadi durasi waktu bagi masyarakat lebih banyak kesempatan untuk menikmati seni dan budaya kita," kata Inu Kertapati, Sang Pemilik Sanggar Wijaya Kusuma, Cirebon.

Tak jauh beda dengan penari lainnya, Anton Lambert, seniman Belgia mengungkapkan keinginannya untuk dapat berpartisipasi kembali dalam acara IMF yang akan datang.

"Maybe, I figure about it (mungkin, saya juga berharap demikian; akan kembali tampil-red),"kata Lambert usai acara berlangsung.

Sepenggal kisah bertema budaya, telah usai. Namun masih ada begitu banyak pesona budaya bangsa bertaraf internasional akan hadir di kota Solo.

Berjuta harap sempat tertoreh dalam angan kecil saya, bahwa Anda pun ikut menikmati berbagai agenda budaya di bulan Juli 2019 di kota Solo nan cantik ini.

*sampai jumpa pada penampilan budaya yang akan datang

salam literasi anak negeri

sumber terkait:

Kompascom (06/07/2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun