Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dialektika Semesta

21 Juni 2019   08:53 Diperbarui: 21 Juni 2019   09:29 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pinterest com/sark sara

Puisi ini hanyalah recehan. Sekeping asmara dalam rumpun aksara

Bulan pernah berkata pada Sang Surya, 'pernahkah kau berdusta pada dunia? Maukah kau berpura-pura menjadikanku raja di siang nan gemilang?'

Bintang masih ada di angkasa menari dan tertawa, menyuguhkan balada pada anak manusia 

Lalu angin pun menggoda udara

'wahai, sang perkasa, maukah kau mengisi ruang yang hampa? Sirnakah kau jika aku, bersuara?'

Adakah rindu terdiam, membisu, ditengah tangisan Sang Dara yang membeku, kaku karena risau akan residu dalam kalbu cinta yang masih hangat menggebu

Ah, sastra dan bahasa, terlibatkah kau pada konspirasi antara asmara dan semesta?

Astaga, ternyata anak manusia masih terjebak dalam lubang hitam yang menganga lebar, menjadi misteri renjana akan kabut saat senja

Lantunan denting dawai kecapi Sang Maestro Jagat Raya terdengar merdu berbalut ketegasan kilat dari timur sampai ke barat.

Saat hujan bergelar Air Langit diutus untuk membasahi bumi, berjuta tunas bermunculan menghiasi tanah dan bersemi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun