Kepadamu, yang terkasih.....
Aku pernah merasa memiliki, meski tak mampu kupunyai. Pernah punya mimpi, meski hanya kuhadirkan dalam imaji.
Pernah merasa dicintai, namun hanya sebentuk ilusi. Pernah tinggal dalam hati kebahagiaan, namun bukan dalam wujud kekekalan.
Kepadamu, kawan...
Pernahkah kau mendengarkan rintihan waktu yang lelah terus berjalan tanpa henti?
Pernahkah kau melepaskan yang berharga, namun kau mendapatkan yang terbaik?
Duhai, teman.....
Ini syair tentang denting nadi yang mengalun teratur, tanpa mau undur sebelum Sang Kuasa bertuturÂ
Lihatlah pula kala embun pun telah mengalir lembut, menapaki tiap daun hingga akhirnya terjatuh, meresapi setiap rongga tanah tanpa pernah menyerah
Wahai, sahabat....
Sawala alam sedang menghadirkan arena dialektika semesta
Maukah kau duduk denganku, menikmati opera cinta yang berdendang bersama rindu?
Sesaat saja, sebelum halaman ini segera tergantikan cerita baru, sebelum ode semesta terhentikan oleh kefanaan masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H