Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Opera Semesta

15 Mei 2019   06:26 Diperbarui: 15 Mei 2019   07:11 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepadamu, yang terkasih.....

Aku pernah merasa memiliki, meski tak mampu kupunyai. Pernah punya mimpi, meski hanya kuhadirkan dalam imaji.

Pernah merasa dicintai, namun hanya sebentuk ilusi. Pernah tinggal dalam hati kebahagiaan, namun bukan dalam wujud kekekalan.

Kepadamu, kawan...

Pernahkah kau mendengarkan rintihan waktu yang lelah terus berjalan tanpa henti?

Pernahkah kau melepaskan yang berharga, namun kau mendapatkan yang terbaik?

Duhai, teman.....

Ini syair tentang denting nadi yang mengalun teratur, tanpa mau undur sebelum Sang Kuasa bertutur 

Lihatlah pula kala embun pun telah mengalir lembut, menapaki tiap daun hingga akhirnya terjatuh, meresapi setiap rongga tanah tanpa pernah menyerah

Wahai, sahabat....

Sawala alam sedang menghadirkan arena dialektika semesta

Maukah kau duduk denganku, menikmati opera cinta yang berdendang bersama rindu?

Sesaat saja, sebelum halaman ini segera tergantikan cerita baru, sebelum ode semesta terhentikan oleh kefanaan masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun