Mohon tunggu...
Diah Fitria
Diah Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Milik mahasiswa tingkat akhir

Halo, Salam kenal dan selamat datang di duniaku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Surat Kabar di Indonesia

2 Maret 2022   21:54 Diperbarui: 2 Maret 2022   22:03 3759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Kabar Indonesia/dok.kompas.id

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat kabar atau yang biasa disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas bertuliskan berita, informasi, dan sebagainya. Keberadaan surat kabar pertama kali diperkenalkan oleh Johann Guternberg sejak munculnya mesin cetak di Jerman pada tahun 1450. Idealnya, surat kabar atau koran ini berisikan tentang berita-berita terkini yang sedang terjadi hingga informasi yang sedang ramai diperbincangkan. Seiring perkembangan zaman, koran tidak lagi hanya berisikan berita yang bersifat informatif, namun juga mulai memuat hiburan ringan untuk pembacanya. Perkembangan surat kabar di Indonesia memiliki 2 babak, yakni babak pertama dan babak kedua. Bila dilihat dari pembagian zamannya, berikut linimasa sejarah perkembangan surat kabar :

  1. Zaman Belanda
  2. Zaman Jepang
  3. Zaman Kemerdekaan
  4. Zaman Orde Lama
  5. Zaman Orde Baru
  6. Zaman Reformasi

ZAMAN BELANDA

Sejarah perkembangan surat kabar dimulai dari zaman penjajahan Belanda atau zaman kolonial. Pada zaman ini, perkembangan surat kabar berada pada babak pertama atau babak putih. Babak pertama merupakan masa dimana surat kabar dicetak hanya untuk dinikmati oleh kaum orang putih atau orang-orang Eropa saja yang dapat membacanya.

Pada zaman ini, surat kabar hanya memuat kehidupan orang-orang Eropa yang tidak ada kaitannya dengan pribumi. Surat kabar atau koran dicetak pada tahun 1745 dalam bahasa Belanda sehingga tidak semua pribumi dapat membacanya. Surat kabar pertama ini diberi nama Bataviasche Nouvelles.

Lalu pada tahun 1828, surat kabar kedua diterbitkan dan diberi nama Javasche Courant di Jakarta yang memuat berita-berita resmi pemerintahan. Surat kabar berikutnya diterbitkan di Surabaya bernama Soerabajasch Advertantiebland yang kemudian berganti menjadi Soerabajasch Niews en Advertantiebland. Surat kabar ini berisi konten-konten politisi dan periklanan. Hingga pada tahun 1850an, di Indonesia mencetak sebanyak 16 surat kabar berbahasa Belanda dan 12 surat kabar berbahasa Melayu.

Memasuki tahun 1854, perkembangan surat kabar di Indonesia memulai babak kedua hinga masa kebangkitan. Pada tahun 1854-1860 surat kabar Slompret Melajoe yang dicetak di Semarang masih menggunakan bahasa Belanda. Berikut gambar contoh surat kabar Slompret Melajoe.

Mulai pada tahun 1860 hingga masa kebangkitan nasional, surat kabar di Indonesia dicetak dengan menggunakan bahasa melayu. Pada masa ini, surat kabar sudah mulai membicarakan perdagangan cina dan juga kehidupan pribumi. Walau begitu, surat kabar di Indonesia pada masa ini masih berada di bawah kendali pemerintahan Belanda.

 ZAMAN JEPANG

Memasuki masa penjajahan Jepang, perkembangan surat kabar di Indonesia mengalami kemunduran. Seluruh surat kabar di Indonesia ditarik dengan alasan menghemat tenaga kerja, selain itu juga kantor pusat percetakan surat kabar Indonesia dipindahkan ke Jepang. Ini dilakukan Jepang untuk mengontrol seluruh isi konten berita yang akan diterbitkan.

Pada masa penjajahan Jepang, isi berita dari surat kabar di Indonesia hanyalah berputar pada pemujaan kepada pemerintahan Jepang saat itu. Untuk memudahkan propaganda dan mencuci pemikiran warga Indonesia, Jepang dengan sengaja menempatkan pekerja media dari Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun