"Nice shot, man." Puji Farrel tulus. Â Dia menyukai gaya bermain Sky yang gesit dan cekatan. Â "Couch, dijadiin playmaker juga bisa nih!" Saran Farrel ke pak Indra. Â Jiwa sportifitas Farrel terlihat jelas, walaupun dia kapten basket di tim sekolah, namun dia tetap mengakui kelebihan orang lain.Â
"Iya bener! Â Join de klab ya, Kai!" ya sudah lah terserah pak Indra, dinamai Kai pun Sky gak masalah.
"Hei... kalian disuruh pemanasan, malah melongo semua gitu, hei! Â Kenan? Piye toh?" Omel Pak Indra melihat anak-anak didiknya malah mengerombol duduk sila menonton pertandingan.
Kenan langsung buru-buru bangun dan kembali menggiring teman-temannya.
"Saya udah panas, pak! Sumpah! Kulit kepala saya dah kebakar dari tadi dijambakin Maura." Adu Bima sambil merapikan rambut keriwilnya.
"Derita lo, Bim!" ucap Lily dari belakang Bima. Dan ketika Bima melotot ingin memarahi, Liliy langsung berkacak pinggang, "Apa? Mau gue tambahin?"
"Aku anak tiri! Semua ga ada yang sayang aku! Aku disia-siakan! Â Mami, tolong anakmu!" drama Bima dimulai, penonton dipersilahkan muntah di kantong plastic yang sudah disiapkan.
"Pak, kalo ngunciin Bima di kamar mandi, kena hukum ga?" tanya Kazumi kesal.
Pak Indra hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat keajaiban anak-anak didiknya. Â Ini yang membuat dia selalu berjiwa muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H