musim hujan. Dalam laporan prediksi musim hujan periode 2024/2025 di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa sebagian besar wilayah Surabaya memasuki musim hujan pada awal bulan November hingga awal April.
Surabaya, kota pahlawan yang dikenal dengan dinamika kehidupan dan geliat ekonominya yang pesat, kini memasuki
Kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman kesehatan yang mengintai di musim hujan ini sangat diperlukan, mengingat dampaknya yang dapat mengganggu produktivitas dan bahkan mengancam jiwa.
Perubahan iklim yang ekstrem, ditandai dengan peralihan musim yang awalnya panas ngentang-ngentang berubah menjadi mendung gelap lebih cepat dan tidak terprediksi, telah meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap berbagai penyakit. Musim hujan menciptakan lingkungan yang ideal bagi berkembang biaknya berbagai faktor penyakit, seperti nyamuk, tikus, dan lalat.
Jika memasuki musim hujan, tidak sedikit orang yang mulai sakit-sakitan, seperti demam, batuk, hingga pilek. Maka dari itu, masyarakat Surabaya wajib mengetahui apa saja ancaman penyakit penyerta musim penghujan sehingga dapat melakukan berbagai antisipasi.
Udara dingin dan lembap yang khas musim hujan membuat sistem kekebalan tubuh rentan terhadap berbagai virus dan bakteri penyebab ISPA, mulai dari flu biasa hingga pneumonia. Kondisi ini diperparah dengan peningkatan polusi udara akibat tingginya tingkat kelembapan yang dapat memicu iritasi pada saluran pernapasan. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok yang paling rentan terhadap penyakit ISPA karena sistem imun mereka yang lebih lemah.
Nyamuk Aedes aegypti menjadi faktor utama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang hingga kini masih menjadi ancaman serius di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Surabaya. Kemampuan nyamuk ini untuk berkembang biak dengan pesat di genangan air hujan menjadi faktor utama peningkatan kasus DBD selama musim hujan.
Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dr. Prihatma Kriswidyatomo Sp.An mengatakan, sebulan terakhir, IGD RSUA menangani banyak pasien dengan keluhan penyakit DBD terutama anak-anak yang awalnya hanya dikira demam biasa.
Tetapi, tidak perlu khawatir karena sekarang RS UNAIR menyediakan vaksin DBD untuk mencegah penyakit ini bersarang di tubuh seseorang pada musim hujan. Vaksin ini diberikan kepada anak usia 6 tahun sampai dengan dewasa 45 tahun yang diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak waktu 3 bulan," lanjut dr. Prihatma
Tidak hanya penyakit menular, musim hujan juga dapat memicu berbagai penyakit tidak menular. Kelembapan udara yang tinggi dapat memperburuk kondisi penderita penyakit kulit, seperti eksim dan psoriasis. Genangan air hujan yang menjadi sarang bakteri juga dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit lainnya.
Selain itu, musim hujan juga sering dikaitkan dengan peningkatan kasus diare, yang disebabkan oleh konsumsi air dan makanan yang terkontaminasi bakteri patogen. Kurangnya sanitasi dan kebersihan lingkungan menjadi faktor utama peningkatan kasus diare di musim hujan.
Pemerintah Kota Surabaya, dalam hal ini Dinas Kesehatan, memiliki peran krusial dalam mengantisipasi dan menanggulangi masalah kesehatan yang muncul akibat musim hujan. Upaya pencegahan menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman ini.
"Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus ditingkatkan intensitasnya, dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat melalui gerakan 3M Plus (menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali tempat penampungan air, serta membersihkan lingkungan, mengubur sampah, dan menggunakan kelambu)," jelas Novita, salah satu perawat di RSUA.
"Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga perlu digencarkan secara berkelanjutan," lanjut Novita.
Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan ketersediaan obat-obatan dan fasilitas kesehatan yang memadai untuk menangani kasus penyakit yang meningkat selama musim hujan. Kesiapsiagaan rumah sakit dan puskesmas di Surabaya dalam menghadapi lonjakan pasien sangat penting untuk mencegah terjadinya penumpukan pasien dan mengoptimalkan pelayanan kesehatan. Pemantauan dan pengawasan terhadap kualitas air minum dan makanan juga perlu dilakukan secara intensif untuk mencegah terjadinya wabah penyakit yang disebabkan oleh kontaminasi.
Peran serta masyarakat sangatlah penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit di musim hujan. Kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan langkah awal yang efektif.
"Membiasakan mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, serta menghindari kontak langsung dengan genangan air hujan merupakan tindakan pencegahan yang sederhana namun sangat efektif. Selain itu, masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan," jelas Yuli, salah satu keluarga pasien di RSUA.
Musim hujan di Surabaya membawa tantangan tersendiri bagi kesehatan masyarakat. Peningkatan risiko berbagai penyakit menular dan tidak menular menuntut kesiapsiagaan dan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan, kita dapat meminimalkan dampak negatif musim hujan terhadap kesehatan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi seluruh warga Surabaya. Mari kita bersama-sama hadapi musim hujan ini dengan bijak dan waspada, agar Surabaya tetap menjadi kota yang sehat dan produktif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H