Yogyakarta, daerah ini punya beragam nilai dan keistimewaan bagi setiap individu. Kalau kata penyanyi Adhitia Sofyan 'mantra apa yang entah istimewa, Ku percaya pasti ada sesuatu di Jogja.' Punya banyak daya pikat, Jogja jadi kota yang tiap tahunnya dikunjungi berbagai turis dari penjuru negeri.
Selain dikenal dengan kota budaya, Jogja juga terkenal dengan wisata kulinernya. Membahas kuliner Jogja, gudeg jadi makanan paling ikonis dan dikenal banyak masyarakat luas. Tapi sebenarnya bagaimana latar belakang perjalanan gudeg, hingga bisa seterkenal sekarang?
Beberapa sumber menyatakan bahwa kemunculan gudeg tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kerajaan Mataram. Pada abad ke-15 saat melakukan pembangunan wilayah, para prajurit membutuhkan bahan makanan dengan jumlah besar. Hutan yang dipilih saat itu konon letaknya dekat dengan Pasar Beringharjo yang saat ini kita kenal.
Karena di daerah sekitar pembangunan memiliki banyak pohon nangka dan kelapa para prajurit berpikir untuk memanfaatkan apa yang ada di hutan. Terciptalah sebuah masakan yang terbuat dari nangka muda (gori) yang dipotong-potong, dicampur dengan santan dan gula jawa. Proses pengadukan pada makanan tadi dilakukan agar tidak gosong nantinya. Dalam bahasa Jawa pekerjaan mengaduk itu disebut 'ngudeg/hangudeg' seiring berjalannya waktu masakan kalangan prajurit itu disebut dengan 'gudeg.'
Tidak hanya sampai situ. Karena dianggap cocok oleh lidah masyarakat, gudeg jadi makanan sehari-hari yang kemudian mulai diperjual belikan. Eksistensi gudeg ternyata tidak mudah surut, melihat saat ini masakan itu masih jadi alasan banyak orang berkunjung ke Jogjakarta dan jadi identitas kota.
Identitas kota adalah sebuah konsep yang kuat terhadap penciptaan citra (image) dalam pikiran seseorang yang sebelumnya tidak pernah dipahami (Fasli,2003). Gudeg jadi makanan khas Yogyakarta yang terbentuk secara historis dari waktu ke waktu dan tumbuh bersama masyarakatnya.Â
Banyak orang mengatakan 'Belum ke Jogja kalau belum mencicipi gudegnya.' Melihat keistimewaan gudeg, pemerintah Kota Yogyakarta membuat sentra kuliner khusus untuk gudeg yang berada di daerah Wijilan. Dinamai 'Sentra Gudeg Wijilan' pelancong dari berbagai sudut dimanjakan dengan manisnya gudeg dan atmosfer Jogja yang istimewa.
Bermula dari masakan prajurit, gudeg bertransformasi menjadi kuliner yang dicintai banyak orang. Sebenarnya di Jogjakarta sendiri gudeg punya berbagai versi, mulai dari yang basah, kering, gudeg mercon dan lain sebagainya. Ini menandakan masyarakat tetap mengadakan perubahan dan pembaruan tanpa menghilangkan ciri khas.