Mohon tunggu...
Diah Ayu Agustin
Diah Ayu Agustin Mohon Tunggu... -

Saya seorang mahasiswa Magister Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.\r\n\r\nSaya juga Dosen Tetap di Akper Bina Insan, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Pemanfaatan Diagram Animasi dan Video Online untuk Meningkatkan Fungsi Pernafasan Pasien Anak dengan Pneumonia

18 Juni 2014   18:10 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:15 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

ABSTRAK

Program pernafasan diketahui dapat meningkatkan fungsi pernafasan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan, khususnya pneumonia. Namun, kadangkala pasien tidak mampu melakukan program pernafasan karena tidak dapat memodifikasi saat latihan akibat kondisi intoleransi aktifitas atau merasa tidak mudah melakukan program pernafasan baik di rumah sakit maupun di rumah. Pasien tersebut membutuhkan bimbingan dari perawat berupa pendidikan kesehatan agar dapat melakukan program pernafasan secara optimal (Zou & Wei, 2013). Keberhasilan pendidikan kesehatan antara lain dapat ditunjang oleh media video online dan metode bedside teaching (Rees, Ajjawi, & Monrouxe, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Zou & Wei (2013) menggambarkan efektifitas tentang program pernafasan berbasis teknologi informasi website, dengan menggunakan media diagram animasi dan video online yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pernafasan pasien dewasa. Namun program pernafasan ini dapat juga dilakukan pada anak dengan pneumonia karena sama-sama menggunakan teknik pernafasan “purse lib breathing”, tentunya dengan melibatkan orang tua atau keluarga.

Kata kunci: program pernafasan, pendidikan kesehatan, media diagram animasi dan video online, pasien anak dengan pneumonia.

Latar Belakang

Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan gizi dan rawan penyakit. Anak balita harus mendapat perlindungan untuk mencegah terjadi penyakit yang dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi terganggu atau bahkan menimbulkan kematian. Salah satu penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi pada anak balita adalah penyakit pneumonia (World Health Organitation, 2010).

Pneumonia adalah infeksi jaringan parenkim paru yang ditandai dengan demam, peningkatan produksi batuk, pilek, nafas cepat disertai pernafasan cuping hidung yang dapat mengganggu pola nafas anak (Hockenberry & Wilson, 2009).

Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya terdapat dua sampai tiga juta kasus pneumonia pertahun dengan jumlah angka kematian rata-rata 45.000 orang (Misnadiarly).

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di seluruh dunia. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita atau sekitar 14% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggidibanding kematian akibat HIV/AIDS sebanyak 2%, malaria 8 % dan campak 1% (WHO, 2010).

Di kawasan Asia Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak meninggal setiap jam (Depkes RI, 2007). World Health Organization (WHO) memperkirakan 90% kematian anak disebabkan oleh penyakit infeksi pneumokokus yang terjadi di negara-negara berkembang.Pneumonia merupakan predator balita nomor satu di negara berkembang. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Depkes RI, 2007).

.

Menurut data Buletin WHO (2008) ada lima belas negara dengan perkiraan jumlahtertinggi episode pneumonia baru dengan insiden masing-masing negara. Lima belas negara ini menyumbang sebesar 74 % atau sekitar 115.300.000 episode pneumonia baru dari 156 juta episode perkiraan global. Setiap tahun lebih dari setengah kasus baru pneumonia di dunia terkonsentrasihanya pada enam negara dimana 44 % dari anak-anak di dunia berusia kurang dari 5 tahun yaitu India (43 juta), China (21 juta), Pakistan (10 juta) dan di Bangladesh, Nigeria dan Indonesia masing-masing 6 juta.

Melihat tingginya angka kematian akibat pneumonia pada balita, maka strategi penanggulangan pneumonia penting dilakukan oleh setiap negara untuk mendukung tercapainya tujuan keempat dari Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu mengurangi kematian balita 2/3 dari angka kematian tahun 1990. Angka kematian bayi-balita cenderung menetap dalam paruh waktu pertama upaya pencpaian MDGs 2015. Dengan demikian tahap kedua (2009-2014) merupakan kesempatan terakhir bagi percepatan pencapaian MDGs, sehingga sudah seharusnya semua negara, khususnya negara-negara berkembang kembali memberikan perhatian terhadap pneumonia (Stalker, P.,2008).

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masalah pneumonia, namun masih sedikit penelitian yang membahas tentang efektifitas program pernafasan yang berbasis website. Ada satu penelitian yang membuat penulis tertarik untuk membahas program pernafasan berbasis website. Penelitian ini dilakukan oleh Zou & Wei (2013) menggambarkan efektifitas tentang program pernafasan yang menggunakan teknologi informasi berbasis website, yaitu bimbingan pernafasan menggunakan media diagram animasi dan video online yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pernafasan pasien anak dengan pneumonia

Kajian literatur

Masalah yang sering muncul pada anak dengan pneumonia yang dirawat di rumah sakit adalah distress pernafasan yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, dan disertai stridor (WHO, 2009). Distress pernafasan merupakan kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen, karena konsentrasi oksigen yang rendah akan menstimulus syaraf pusat untuk meningkatkan frekuensi nafas. Jika upaya tersebut tidak terkompensasi, maka akan terjadi gangguan status oksigenasi mulai tingkat ringan sampai berat, bahkan dapat menimbulkan kegawatan. Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan sering disebabkan karena adanya obstruksi atau hambatan suplai oksigen ke jaringan. Pada umumnya faktor penyebab obstruksi napas atas dan bawah pada anak dengan pneumonia adalah karena peningkatan produksi sekret sebagai salah satu manifestasi adanya inflamasi pada saluran nafas (Hokcenberry & Wilson, 2009).

Ketidakmampuan mengeluarkan sekret merupakan kendala yang sering dialami anak balita, karena pada usia tersebut reflek batuk masih lemah. Beberapa tindakan alternatif yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah fisioterapi dada, yang sering disebut juga terapi konvensional yang meliputi postural drainage, vibrasi dan perkusi (Perry & Potter, 2009: Hockenberry & Wilson 2009).

Program pernafasan dengan tekhnik Purse Lift Breathing (PLB) dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu mengatasi tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada anak. PLB dapat meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap lobus paru, sehingga tekanan alveolus meningkat dan dapat mendorong sekret pada jalan nafas serta ekspirasi dan dapat menginduksi pola nafas menjadi normal, sehingga diharapkan dapat meningkatkan status oksigenasi (Brunner & Suddarth, 2002). Namun teknik PLB ini hanya bisa digunakan pada anak yang sadar dan mampu diajak kerja sama. Kelompok usia yang sudah mampu diajak kerjasama adalah anak usia pra sekolah, karena pada usia ini anak sudah dapat menguasai bahasa dan memahami perintah sederhana, selain kemampuan motoriknya yang sudah lebih berkembang daripada anak usia toddler(Hockenberry & Wilson, 2009).

Namun pada kenyataannya, menginstruksikan teknik PLB pada anak usia prasekolah bukan hal yang mudah. Anak prasekolah tidak mudah diajak kerjasama karena tindakan tersebut kurang menarik minat anak. Upaya cerdas yang dapat dilakukan perawat anak adalah memodifikasi intervensi keperawatan dengan sesuatu yang menarik minat anak, diantaranya dengan mengintegrasikan aktivitas bermain dalam setiap intervensi keperawatan, menggunakan pendekatan perawatan atraumatik. Anak akan merasa aman dengan lingkungannya serta memperoleh kesenangan saat dilakukan prosedur tindakan (Hockenberry & Wilson, 2009).

Melalui pendekatan perawatan atraumatik, PLB dapat dianalogikan dengan aktivitas bermain seperti meniup gelembung busa, balon, bola kapas, kincir kertas dan lain-lain (Hockenberry & Wilson, 2009). Mekanisme yang digunakan adalah identik dengan PLB, yaitu meningkatkan tekanan alveolus pada setiap lobus paru sehingga dapat meningkatkan aliran udara saat ekspirasi. Peningkatan udara saat ekspirasi akan mengaktifkan silia pada mukosa jalan nafas sehingga mampu mengevakuasi sekret keluar dari saluran nafas. Tindakan ini salah satu program pernafasan yang dapat meningkatkan fungsi pernafasan pada pasien anak.

Program pernafasan diketahui dapat meningkatkan fungsi pernafasan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan, khususnya pneumonia. Namun, kadangkala pasien tidak mampu melakukan program pernafasan karena tidak dapat memodifikasi saat latihan akibat kondisi intoleransi aktifitas atau merasa tidak mudah melakukan program pernafasan baik di rumah sakit maupun di rumah. Pasien tersebut membutuhkan bimbingan dari perawat berupa pendidikan kesehatan agar dapat melakukan program pernafasan secara optimal(Zou & Wei, 2013).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses pembelajaran dalam menyampaikan pesan kesehatan bagi individu, kelompok dan komunitas untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat merubah perilaku serta membuat suatu keputusan tentang kesehatannya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan antara lain metode, pendidik, materi dan media yang digunakan. Pendidikan kesehatan sangat dipengaruhi oleh media sehingga dapat menyampaikan pesan dengan baik kepada audien, sehingga audiensi mampu merubah perilaku kesehatannya (Rees et al., 2013).

Ada satu penelitian yang menarik minat penulis untuk membahas media pendidikan kesehatan bagi pasien yang mengalami gangguan pernafasan. Penelitian yang dilakukan oleh Zou & Wei (2013) menggambarkan efektifitas tentang program pernafasan yang berbasis teknologi informasi website, dengan menggunakan media diagram animasi dan video online yang dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi pernafasan pasien dewasa.

Program pernafasan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa bagian, sebagai berikut:

1.Pasien diinstruksikan untuk mengikuti program yang ada di link website http://hljnsys.ycmc.edu.cn/test/user/UserStep4.aspx, lalu pasien atau keluarga diminta untuk sign in melalui akun pasien, lalu melakukan pernafasan sambil menonton video dan diagram animasi yang ada di website tersbut, klik teks lalu akan menerima instruksi audio, pilih musik relaks, kontak perawat atau pasien lain dengan mengklik “contact us” pada website, lalu sign out.

2.Program pernafasan terdiri dari empat fase yaitu: melakukan teknik purse lib breathing, nafas dalam dan menghebuskan nafas perlahan sambil mengepal tinju, nafas dalam lagi, tahan dan hembuskan. Waktu dan frekuensi program ini disesuaikan dengan toleransi aktivitas pasien

3.Program pernafasan rehabilitasi online disesuaikan dengan kondisi toleransi aktivitas yang berbeda-beda pada setiap individu. Oleh karena itu pasien atau keluarga terlebih dahulu harus mengklik “select breathing time” pada bulan pertama dan kedua, dan klik waktu menahan pada bulan ke empat, disesuaikan dengan kemampuan retensi pernafasan pasien

4.Lamanya latihan serta frekuensi bernafas akan dicatat secara online, sehingga pasien beserta keluarga maupun perawat dapat memantau kemajuan pasien dengan mengklik “history record”. Pasien yang tidak melakukan program pernafasan secara reguler akan menerima periingatan oleh perawat melalui telepon.

Hasil penelitian membuktikan perbedaan yang bermakna pada fungsi pernafasan kelompok kontrol dengan kelompok yang dilakukan program pernafasan berbasis web, dimana terjadi peningkatan fungsi pernafasan, kapasitas latihan dan status kesehatan pada kelompok intervensi.

Implikasi dalam Keperawatan Anak

Penelitian ini membahas program pernafasan yang digunakan pada orang dewasa yang mengalami gangguan pernafasan. Namun program pernafasan ini dapat juga dilakukan pada anak dengan pneumonia karena sama-sama menggunakan teknik pernafasan “purse lib breathing”, tentunya pada anak balita yang usia lebih besar dengan melibatkan orang tua atau keluarga. Program ini selanjutnya dapat dilakukan pada anak dengan pneumonia, dengan cara memodifikasi, mengkombinasikan materi yang ada di dalam video dengan terapi aktivitas bermain tiupan lidah disertai dengan terapi musik yang disukai anak-anak agar lebih relaks dan dapat melakukan latihan pernafasan dengan optimal. Sebelum pasien dan keluarga melakukan program pernafasan yang menggunakan media video secara mandiri, perawat melakukan metode pendidikan kesehatan bedside teaching melibatkan anak dan orang tua atau keluarga agar hasilnya lebih optimal (Rees et al., 2013)

Analisa Kekuatan dan Keterbatasan Penggunaan Program Pernafasan Berbasis Web di Indonesia

Kekuatan

Program ini dapat meningkatkan keterampilan orang tua dalam merawat anaknya dengan gangguan pernafasan khususnya pneumonia, meningkatkan kerjasama perawat dengan orang tua, memudahkan perawat dalam menjelaskan materi promosi kesehatan, serta memudahkan orang tua dan perawat memantau perkembangan dan status kesehatan pasien anak.

Keterbatasan

Program ini hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih besar dan mendapat pendampingan dari keluarga yang telah terbiasa terakses dengan internet, dan sebelumnya perlu penjelasan rinci dari perawat secara kontinyu saat mendampingi pasien dan keluarga melakukan program pernafasan ini sebelum pasien dan keluarga melakukan secara mandiri. Program ini juga memerlukan dana yang cukup besar untuk pembuatan software, sarana teknologi berbasis web serta memerlukan kemampuan dalam menjalankan program, sedangkan di Indonesia saat ini sumber daya manusia yang dapat menjalankan program ini masih kurang.

Kesimpulan

Pemanfatan media diagram animasi dan video online pada program pernafasan berbasis web berbasis web cukup inovatif dan meningkatkan minat pasien dan keluarga untuk bekerjasama melakukan latihan pernafasan secara kontinyu baik di rumah sakit maupun setelah pasien pulang ke rumah. Hasilnya pun terbukti secara signifikan dapat meningkatkan fungsi pernafasan, kapasitas latihan dan status kesehatan pasien.

Rekomendasi

Pemanfaatan diagram animasi dan video online perlu diterapkan di Indonesia untuk mengatasi masalah pernafasan pada anak dengan pneumonia. Perlu pula dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat memodifikasi program pernafasan ini dengan memodifikasi materi video dengan terapi tiupan lidah dan pilihan musik yang disukai pasien anak agar mereka lebih relaks dan dapat melakukan program pernafasan lebih optimal dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (disi 8). Vol 1.Alih bahasa, Monica Ester. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman tata laksana pneumonia balita. Jakarta: Depkes RI

Hockenberry, M. E., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P., (2009). Wong’s essential of pediatrics nursing. (8 th edition). St. Louis: Mosby Elsevier.

Misnadiarly (2008). Penyakit infeksi saluran nafas pneumonia pada anak, orang dewasa dan usia lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Perry, A. G., & Potter P. A. (2009). Fundamental of nursing: Concepts, process and practice. (edisi 4). Alih bahasa: Renata, K., et al. Jakarta: EGC

Rees, C. E., Ajjawi, R., & Monrouxe, L. V. (2013). power in education The construction of power in family medicine bedside teaching : A video observation study, 154–165. doi:10.1111/medu.12055

Rudan, et al. (2008). Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bulletin World Health Organization,86:408-416.

Stalker, P. (2008). Millenium Development Goals. Maret 26, 2014.

http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf

UNICEF (2006). The forgotten killer of children. New York: WHO.

WHO (2010). Pneumonia, Maret 26, 2014, http://www.who.int/mediacentre/

Zou, Y., & Wei, Z. (2013). Effects of an animated diagram and video-based online breathing program for dyspnea in patients with stable COPD. Dove Press Journal, 905–914.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun