Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyulam Mimpi, Anak Tidak Sekolah Mencapai Potensi Maksimal

24 Oktober 2024   05:55 Diperbarui: 24 Oktober 2024   08:03 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyulam Mimpi: Anak Tidak Sekolah Mencapai Potensi Maksimal

 

Ketika ada pendidikan mengarah pada pemerataan pendidikan tak ada kata anak putus sekolah tetapi anak-anak tersebut dibekali pendidikan yang mampu mengasah kompetensi berbasis bakat, minat serta gaya belajarnya hingga ia punya keahlian softskill, hardskill, lifeskill yang mumpuni.

Program SDGs untuk Pemerataan Pendidikan.

SDGs dan Pendidikan

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah serangkaian tujuan global yang ditetapkan oleh PBB untuk mengatasi berbagai tantangan dunia, termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan, dan perubahan iklim. Salah satu tujuan utama SDGs adalah Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas.

Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas

Tujuan utama dari SDG 4 adalah untuk memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Tujuan ini mencakup berbagai aspek, seperti:

 * Akses yang adil: Setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau geografis, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

 * Kualitas pendidikan: Pendidikan yang diberikan harus relevan, efektif, dan mampu mengembangkan potensi setiap individu.

 * Kesempatan belajar sepanjang hayat: Pendidikan tidak hanya terbatas pada anak-anak, tetapi juga perlu disediakan bagi orang dewasa untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.

Program-Program SDGs untuk Pemerataan Pendidikan

Untuk mencapai Tujuan 4, berbagai program telah dan sedang dilaksanakan di berbagai negara, termasuk Indonesia. 

Beberapa contoh program tersebut antara lain:

 * Beasiswa: Program beasiswa diberikan kepada siswa dari keluarga kurang mampu untuk membantu mereka melanjutkan pendidikan.

 * Sekolah inklusif: Sekolah dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan semua siswa, termasuk siswa dengan disabilitas.

 * Pendidikan nonformal: Program pendidikan nonformal seperti PAUD, kursus keterampilan, dan program pemberdayaan masyarakat.

 * Teknologi dalam pendidikan: Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan.

 * Kemitraan: Kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan.

Jika dikaitkan dengan UUD tahun 1945 pasal 31 Tentang pendidikan ayat 

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Jadi pada dasarnya setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas.

Menurut data Kemendikbudristek dikti ada sekitar 1,6 Juta anak jenjang SMP yang tidak mendapatkan layanan pendidikan.

Definisi Anak Tidak Sekolah

Secara umum, anak tidak sekolah merujuk pada anak usia sekolah (biasanya 7-18 tahun) yang tidak terdaftar di sekolah formal atau putus sekolah sebelum menyelesaikan jenjang 

pendidikannya. 

Namun, definisi ini bisa bervariasi tergantung pada perspektif masing-masing ahli dan konteks sosial budaya.

Berbagai Perspektif Ahli:

 * Perspektif Pendidikan:

   * Kemendikbud RI: Anak usia 6-21 tahun yang tidak bersekolah karena alasan ekonomi, sosial, atau kesehatan.

   * Organisasi Pendidikan Internasional: Menekankan pada hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dan akses yang setara.

 * Perspektif Sosiologi:

   * Faktor sosial budaya: Melihat fenomena ini sebagai cerminan dari ketidaksetaraan sosial, kemiskinan, dan norma-norma masyarakat yang kurang mendukung pendidikan.

   * Peran keluarga: Menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendorong anak untuk bersekolah.

 * Perspektif Psikologi:

   * Faktor psikologis: Melihat adanya faktor internal seperti motivasi belajar yang rendah, kesulitan belajar, atau masalah emosional yang dapat menyebabkan anak tidak sekolah.

Alasan Anak Tidak Sekolah

Beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak sekolah antara lain:

 * Faktor Ekonomi: Kemiskinan, biaya pendidikan yang tinggi, kebutuhan untuk bekerja.

 * Faktor Sosial: Diskriminasi, pernikahan dini, budaya patriarki, jarak sekolah yang jauh.

 * Faktor Keluarga: Orang tua tidak berpendidikan, kurangnya dukungan keluarga, masalah dalam keluarga.

 * Faktor Pendidikan: Kualitas pendidikan yang rendah, kurikulum yang tidak relevan, lingkungan belajar yang tidak kondusif.

Dampak Anak Tidak Sekolah

Anak yang tidak sekolah akan mengalami berbagai dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat, seperti:

 * Individu: Kesulitan mendapatkan pekerjaan, kemiskinan, keterbatasan akses informasi, rentan terhadap eksploitasi, masalah kesehatan mental.

 * Masyarakat: Tingkat kriminalitas meningkat, produktivitas rendah, kesenjangan sosial semakin lebar, hambatan pembangunan.

Upaya Penanganan

Untuk mengatasi masalah anak tidak sekolah, diperlukan berbagai upaya seperti:

 * Peningkatan akses: Membangun sekolah di daerah terpencil, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.

 * Program beasiswa: Memberikan bantuan biaya pendidikan bagi anak dari keluarga miskin.

 * Kampanye kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan.

 * Kolaborasi: Kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta.

Peran penting buku pedoman dalam mengatasi permasalahan ini

 * Isi Buku Pedoman

   * Pemahaman mendalam tentang anak tidak sekolah:

     * Karakteristik, kebutuhan, dan aspirasi anak tidak sekolah

     * Tantangan yang dihadapi oleh anak, keluarga, dan komunitas

   * Pendekatan holistik dalam penanganan:

     * Aspek kognitif (belajar membaca, menulis, berhitung)

     * Aspek sosial-emosional (membangun kepercayaan diri, keterampilan sosial)

     * Aspek keterampilan hidup (kesehatan, kebersihan, kewirausahaan)

   * Strategi pembelajaran yang efektif:

     * Pembelajaran berbasis proyek

     * Pembelajaran berbasis pengalaman

     * Penggunaan teknologi dalam pembelajaran

   * Keterlibatan keluarga dan komunitas:

     * Peran orang tua dalam mendukung pembelajaran anak

     * Membangun kerjasama dengan lembaga masyarakat dan pemerintah

 * Implementasi Buku Pedoman

   * Sasaran: Siapa saja yang bisa memanfaatkan buku pedoman ini (guru, orang tua, relawan, dll.)

   * Cara penggunaan: Panduan praktis untuk menggunakan buku pedoman

   * Evaluasi: Bagaimana mengukur keberhasilan program

 * Studi Kasus

   * Kisah sukses implementasi buku pedoman di berbagai daerah

   * Tantangan yang dihadapi dan solusi yang ditemukan

 

Tantangan dalam Implementasi

Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mencapai pemerataan pendidikan, seperti:

 * Kualitas guru: Kekurangan guru berkualitas dan distribusi guru yang tidak merata. Ini keluhan yang sering terjadi tetapi untuk mensiasatinya adalah dengan memperkuat kombel internal dan eksternal serta memgopyimalkan platform digital.

 * Fasilitas sekolah: Banyak sekolah yang masih kekurangan sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini bisa disiasati dengan melakukan sinergi, dan kolaborasi dengan berbagai mitra dan pemanfaatan platform digital dengan motto alam bisa jadi laboratorium besar untuk kegiatan pendidikan.

 * Biaya pendidikan: Biaya pendidikan yang tinggi masih menjadi kendala bagi banyak keluarga.

 * Diskriminasi: Diskriminasi gender, disabilitas, dan latar belakang sosial masih menjadi penghalang akses pendidikan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

 * Meningkatkan kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Masyarakat diberikan pemahaman akan pentingnya pendisikan bagi putera/i nya karena terkadang anak-anak dilibatkan untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarganya srhingga pendidikan tak lagi dianggap penting.

 * Mendukung program-program pendidikan: Membantu program-program yang bertujuan meningkatkan akses dan kualitas pendidikan. Libatkan bwrbagai pihat untuk ikut terlibat dalam berbagai layanan pendidikan karena keberhasilan pendidikan adalah sinergi dan kolaborasi.

 * Berpartisipasi dalam kegiatan sosial: Melalui kegiatan relawan atau donasi, kita dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Melibatkan anak-anak umtuk mwnumbuhkan empathy berbagai baik ilmu, kompetensi dan keterlibatan partisipatif untuk mengasah kemampuan softskillnya.

 * Memilih pemimpin yang peduli pendidikan: Memilih pemimpin yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Praktik Baik Untuk Penanganan Anak Tidak Sekolah

 * Berikan contoh kasus yang konkret: ada beberapa pemda yang sudah melakukan penanganan anak tidak sekolah dengan baik salah satunya adalah pemda Depok dengan mendirikan sekolah Mester yang didirikan di dekat lingkungan pasar yang menampung anak2 pemulung untuk bersekolah dengan gratis dan bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi ini untuk jenjang SMA dan jenjang SMP Mendirikan sekolah terbuka yang bekerjasama dengan beberapa sekolah negeri berbasis pada bakat dan minat mereka sedangkan di Provinsi Semarang mereka mengelola dana zakatnya khususnya di disdik Provinsi Semarang untuk memberikan layanan sekolah virtual bagi anak2 putus sekolah jenjang SMA, salah satu programnya memberikan layanan pendidikan jarak jauh dan kelas virtual bagi para peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dan bakat serta minatnya.

"i"

Penutup

Fenomena anak tidak sekolah merupakan masalah kompleks yang memerlukan penanganan secara komprehensif. Memahami definisi, penyebab, dan dampaknya akan membantu kita merancang strategi yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

Ajakan untuk berkolaborasi dalam upaya meningkatkan akses pendidikan bagi semua anak

Saran untuk penelitian lebih lanjut. Poin Penting yang Perlu Disampaikan: a). Fleksibilitas: Buku pedoman harus dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah; b)Kolaborasi: Pentingnya kerja sama antara berbagai pihak (pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat) dalam menangani masalah ini; c) Berbasis bukti: Penggunaan data dan penelitian untuk mendukung pengembangan program; d). Sinergi: Integrasi antara pendidikan formal dan nonformal; e) Kemanusiaan: Penanganan anak tidak sekolah harus dilakukan dengan pendekatan yang humanis dan menghargai hak-hak anak.

Semoga artikel ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun