Doom Spending, Dampak dan Cara Mengatasinya.
Suatu hari temanku berkisah ketika masa covid dahulu, toko onlinenya laku keras hingga 2 tahun dia bisa membeli rumah dengan harga 1,7 Milyar secara cash.
Masa covid banyak orang yang tidak bisa melakukan aktifitas keluar rumah, akhirnya ada yang bisa menyikapi dengan baik melalui hobby berkebun jika memiliki lahan luas tapi ada yang menyalurkan tingkat stresnya dengan melakukan belanja online, salah satunya mungkin di toko sahabatku itu.Â
Istilah doom spending adalah istilah yang menggambarkan kebiasaan belanja impulsif yang dilakukan seseorang sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, atau perasaan negatif lainnya. Istilah ini berasal dari kata "doom" yang berarti "nasib buruk" atau "kiamat" dan "spending" yang berarti "pengeluaran".
Jadi, doom spending bisa diartikan sebagai "belanja karena merasa kiamat".
Mengapa orang melakukan doom spending?
 * Mengatasi stres: Belanja dianggap sebagai cara cepat untuk merasa lebih baik dan melupakan masalah.
 * Mencari kenyamanan: Membeli barang baru memberikan perasaan senang dan puas sesaat.
 * Merasa tidak berdaya: Di tengah ketidakpastian, belanja menjadi bentuk pengendalian diri.
 * Pengaruh media sosial: Iklan dan tren di media sosial mendorong keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu.
Apa dampak dari doom spending?
 * Masalah keuangan: Pengeluaran yang tidak terkendali dapat menyebabkan utang dan kesulitan finansial.
 * Penyesalan: Setelah membeli barang, seringkali muncul perasaan menyesal dan tidak puas.
 * Siklus yang berulang: Doom spending bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan.
Bagaimana cara mengatasi doom spending?
 * Kenali pemicunya: Perhatikan apa yang memicu keinginan untuk belanja.
Pemicu kita belanja itu beragam dan seringkali dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan lingkungan.Â
Beberapa pemicu umum yang sering mendorong kita untuk berbelanja antara lain:
 * Stres dan Emosi Negatif: Belanja seringkali menjadi cara untuk mencari pelarian dari stres, kesedihan, atau kebosanan. Membeli sesuatu yang baru dapat memberikan rasa senang sementara dan membantu kita melupakan masalah.
 * Keinginan untuk Merasa Lebih Baik: Kita seringkali menghubungkan kebahagiaan dengan memiliki barang-barang tertentu. Pemikiran bahwa membeli sesuatu akan membuat kita merasa lebih baik atau lebih percaya diri dapat mendorong kita untuk belanja.
 * Pengaruh Sosial: Teman, keluarga, atau influencer di media sosial dapat mempengaruhi pilihan belanja kita. Kita mungkin merasa terdorong untuk membeli sesuatu karena orang lain memilikinya atau karena produk tersebut sedang tren.
 * Iklan dan Promosi: Iklan yang menarik dan promosi yang menggiurkan dapat memicu keinginan untuk membeli.Â
Diskon, bonus, atau hadiah seringkali membuat kita merasa harus membeli sesuatu.
 * Kebosanan: Ketika kita merasa bosan, belanja bisa menjadi cara untuk mengisi waktu luang dan mencari hiburan.
 * Perasaan Tidak Lengkap: Ada kalanya kita merasa perlu memiliki sesuatu untuk melengkapi koleksi atau penampilan kita.
Faktor lain yang juga bisa menjadi pemicu:
 * Ketidakamanan: Belanja bisa menjadi cara untuk menutupi rasa tidak aman atau kurang percaya diri.
 * Kebiasaan: Jika kita sering belanja, maka kebiasaan ini bisa menjadi sulit untuk diubah.
 * Keinginan untuk Mengesankan Orang Lain: Kita mungkin membeli sesuatu untuk menunjukkan status sosial atau mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Bagaimana cara mengatasi keinginan untuk belanja impulsif?
 * Kenali Pemicunya: Coba perhatikan apa yang biasanya memicu keinginanmu untuk belanja.
 * Buat Anggaran: Rencanakan pengeluaran dan patuhi anggaran tersebut.
 * Tunda Pembelian: Sebelum membeli sesuatu, pikirkan baik-baik apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan.
 * Cari Alternatif: Temukan cara lain untuk mengatasi stres atau kebosanan, seperti berolahraga, membaca, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat.
 * Berhenti mengikuti akun media sosial yang terlalu fokus pada belanja.
Kesimpulan
Penting untuk diingat bahwa belanja itu sah-sah saja, asalkan dilakukan dengan bijak dan tidak merugikan keuangan kita.
Penting untuk diingat bahwa doom spending adalah masalah yang bisa diatasi. Dengan kesadaran dan upaya yang tepat, kamu bisa mengelola keuangan dengan lebih baik.
Depok, 02 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H