4. Rentang Fokus dan Konsentrasi Meningkat.
Dikutip dari universeofmemory.com, yang mengatakan bahwa sebuah studi dari Ellen Bialystok dan Fergus I. M. Craik pada 2010 telah menemukan bahwa orang yang belajar bahasa memiliki kontrol lebih kuat dan konsentrasi yang lebih baik.
Penelitian dari studi yang sama menunjukkan peningkatan kemampuan otak dalam mengatasi gangguan dan mengontrol konsentrasi pada tugas yang diberikan.
Ternyata mereka yang belajar bahasa jauh lebih siap menafsirkan dan dengan cepat berpikir untuk memilih informasi yang penting dan menghilangkan informasi yang tidak penting.
5. Belajar bahasa juga dapat memperlambat penurunan kognitif.
Dikutip dari universeofmemory.com, yang mengatakan bahwa sebuah studi dari Ellen Bialystok dan Fergus I. M. Craik pada 2010 telah menemukan bahwa orang yang belajar bahasa memiliki kontrol lebih kuat dan konsentrasi yang lebih baik.
Jadi sebenarnya pembelajaran yang berbasis lingkungan dapat lebih menjadi virus menular yang jika kita jadikan program yang terarah bisa memberikan dampak pendidikan yang berkelanjutan yang tentunya berimbas pada peningkatan kualitas SDM Indonesia.
Seperti dikatakan oleh Mee Young Choi, selaku Kepala Bagian Pendidikan di UNESCO Office Jakarta, memberikan gambaran pentingnya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan diintegrasikan ke dalam kebijakan, dan juga pada pelaksanaan program di tingkat nasional sehingga sekolah.
Tujuan ESD 2030 untuk membangun dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Ada Lima prioritas ESD yaitu: penguatan kebijakan (advancing policy), transformasi lingkungan pembelajaran (transforming learning environments), peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan (building capacities of educators), pemberdayaan dan mobilisasi kaum muda (empowering and mobilizing youth), serta mendorong percepatan aksi nyata di tingkat lokal atau komunitas (accelerating local level actions).
Fenomena penggunaan dua bahasa dikalangan anak muda wilayah muda ini bisa dijadikan wadah untuk mendorong aksi nyata di tingkat local atau komunitas, sehingga memberikan dampak bagi budaya local setempat sehingga belajar bahasa secara baik dan benar serta mematuhi kosakata dan sesuai dengan tatanan yang baik dan benar.
Belajar bahasa juga untuk mengeskspresikan Kota Jakarta sebagai Kota Literasi, yang saat ini ditunjuk oleh Unesco , Budaya berbahasa dalam dua bahasa yang awalnya hanya untuk pergaulan dilegalkan dan diwadahi sehingga bisa bercakap-cakap dan berkomunikasi dengan bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia.