Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibu

10 Agustus 2021   23:20 Diperbarui: 10 Agustus 2021   23:35 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu

Hari ini tahun ke 11 ibuku meninggalkanku

Peluh dan penatmu telah membersamaiku

Ada kisah ketika kau mendidik kami di masa kecil tanpa pendamping

Kau berjuang dengan seluruh ragamu, kau berjuang dengan seluruh kekuatanmu, Kau berjuang dengan sungguh-sungguh.

Walau berat dalam membesarkan kami tapi tak pernah ada kata keluh kesah  dalam hidupmu

Yang kau ceritakan kepada kami adalah kisah-kisah yang selalu menginspirasi dan membumi hingga kami bisa duplikasi

Kejujuran selalu kau contohkan dalam setiap kegiatanmu

Berbagi dalam kondisi sempit dan lapang dengan apapun yang Kau miliki

Literasimu membekas dalam sanubari karena kau ambil dari kisahmu sendiri.

Aku akan selalu ingat bagaimana Ibuku lari dari rumahnya di dekat Stasiun Ngijo ke Jakarta.

Agar terbebas dari kewajibannya untuk menikah di usianya yang menginjak sembilan tahun

Jika dibandingkan dengan usiaku sembilan tahun masih merengek jika tak dibelikan permen

Tapi Ibuku sudah bisa mengambil keputusan berpisah dari orang tuanya untuk mempertahankan prinsipnya 

Ia , "Aku ingin sekolah begitu ujar Ibuku padaku."

Walau harus jadi seorang koki masak salah satu saudara Ibu di Jakarta

Semangatmu membuatku berpikir Engkau adalah Figur yang hebat

Awal kepergian ayah, Ibu selalu pingsan ketika bertemu kerabat bahkan kawan dekat

Sedihmu itu hanya ada di awal saja

Tetapi sepeninggal ayah , kau adalah pahlawan kami

Kami diberikan kebebasan untuk bersekolah dimana saja asalkan negeri

Ibu bisa tegar bisa jadi karena didikan Ayah atau tempaan ketika Beliau lari dari rumah

Setiap helaan nafasmu adalah zikir yang membawa kearah keberhasilan kami

Walau kami ditinggal ayak sejak kecil tapi Ibu masih menampung saudara 2 yang datang ke Jakarta.

Ibu begitu peduli kepada orang lain hingga jatah beras kami yang diberikan setiap malam takbiran

Diterima lalu dikembalikan dan disalurkan kepada yang lebih berhak dan bukan kami

Ketika sedih tak pernah ditampakkan di depan anak-anaknya, dia akan berbagi dengan nenek tua sambil dipijat dia bercerita hingga lupa dengan beban yang ada

Ibu, aku berdoa semoga Alloh swt menempatkan di surgaNya 

Depok, 10 Agustus 2021

#Peringatan 1 Muharram  1443 Hijriyah, My best person in My life

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun