Telp berdering, ketika aku lihat yang menghubungi adalah salah seorang temanku namanya Ibu Marni. Dia ingin berkhabar bahwa buah buni yang ada di rumahnya saat ini sedang berbuah.
Dia selalu ingat ketika aku lahap sekali memakan rujak buni buatannya.
Pembaca, pasti ada yang mengenal buah ini atau bahkan hanya mengenal di dunia maya atau ada yang tidak mengenal sama sekali.
Kalau menilik kisah kecil penulis, aku mengenal buah ini selalu ada ketika bulan ramadhan dan sajiannya selalu di dalam sebuah cobek, iya buah buni atau ada sebagian orang yang menyebut buah boni ini , biasanya selalu dirujak dengan diuleg dicampur gula merah, garam dan terasi, disajikan di dalam cobek dan kami mengambil dengan piring kecil, ini santapan luar biasa bagi penulis.
Tetapi kalau kakakku dia lebih suka buah buni yang berwarna hitam karena rasanya manis dan tidak masam.
Ayuk kita kenali profil  pohon buah buni dan kenapa dianggap sebagai pohon langka.
Pohon buni menurut wikipedia Buni atau wuni adalah spesies pohon, tingginya mencapai 30 m, kayunya digunakan sebagai bahan bangunan, buahnya kecil-kecil tumbuh dalam gugusan, buah yang matang berwarna kehitam-hitaman dimakan mentah atau digunakan dalam masakan; pohon ini dapat menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Buni atau antidesma bunius hidup ditempat ketinggian 1400 meter diatas permukaan laut. Tanaman asli Asia Tenggara dan Australia bagian selatan sudah jarang dijumpai. Dan tergolong buah langka. Buahnya berbentuk bundar dan cukup kecil layaknya buah ceri, biasanya dijadikan esktrak minuman.Â
Buah buni ini mengandung vitamin A, B1, C, dan E serta mineral, zat besi, fosfor, dan kalium.
Banyak orang yang abai atau kadang tak tahu bahwa khasiat buah buni adalah :
Melancarkan pencernaan
 Baik untuk kesehatan mata
Menjaga kesehatan kulit
Vitamin E yang ada di dalam buah buni juga bermanfaat untuk menjagakesehatan kulit. Karena Kaya antioksidan
Kandungan lain yang memberikan manfaat untuk buah ini adalah antioksidan. Di dalam buah buni t
Dapat dijadikan pengawet makanan alami
Pada penelitian yang dilakukan menggunakan ekstrak buah buni merah. Penambahan olahan ekstrak tersebut kepada kue yang diolah dengan cara dipanggang juga dapat membantu teksturnya berubah menjadi lebih lembut dan lebih lezat.
 Sebagai pewarna makanan alami. Buah buni mengandung antosianin yang dapat dijadikan sebagai pewarna makanan alami.Â
Kaya mineral, buah buni adalah salah satu buah yang kaya mineral, terutama kalium dan magnesium. Kandungan kaliumnya bahkan setara buah lain yang sudah dikenal sangat kaya kalium seperti pisang, kiwi, dan ceri.
Kalium merupakan mineral yang juga dapat berperan sebagai elektrolit. Dalam jumlah yang cukup, mineral ini dapat membantu menjaga keseimbangan cairan di tubuh, fungsi sistem saraf, hingga kontraksi jantung dan otot.
Sementara itu magnesium juga memiliki berbagai manfaat penting di tubuh, seperti membantu menurunkan tekanan darah pada orang dengan riwayat hipertensi, memperlambat proses peradangan di tubuh, mencegah migrain, hingga mengurangi gejala depresi.
Berpotensi mencegah diabetes
Penelitian yang dilakukan untuk melihat potensi ekstrak buah buni sebagai inhibitor enzim α-glukosidase menunjukkan hasil yang positif. Aktivitas tersebut dinilai dapat terjadi karena kandungan flavonoid yang ada di dalamnya.
Senyawa flavonoid dipercaya dapat membantu mencegah diabetes karena mampu menghambat penyerapan enzim α-glukosidase di dalam usus, mencegah penyerapan glukosa, dan memperbaiki toleransi glukosa.
Mencegah hipertensi dan menjaga kesehatan jantung.
Buah ini bahkan dikenal bagus untuk dikonsumsi oleh penderita anemia atau kurang darah.
Obat gatal dan bisul
Selain multi khasiat ternyata daunnya juga bisa dijadikan sayur, untuk buahnya kalau yang hitam rasanya manis sedangkan yang merah rasanya masam biasanya dibuat rujak dengan cara diuleg campurannya cabai, gula merah, garam.
Buni adalah buah kesukaanku sejak kecil, tapi masih bisa aku nikmati dan memandang pohonnya, srmoga bisa menanamnya walau saat ini memandang di depan rumah seorang teman.
Depok, 31 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H