Mohon tunggu...
Dee Ahmad
Dee Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - HADIR MEMBERI ARTI

Lahir di Mojokerto, menikah dan memiliki 3 putra putri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mie Ayam Terakhir

10 Maret 2020   13:48 Diperbarui: 10 Maret 2020   16:20 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Air mata yang bercampur dengan derasnya hujan dan juga hancurnya hati membuat pikiran Paitun tidak fokus. Ciiittt .... brraaakkk ...!!!
Sebuah sepeda motor 'matic'  menjadi penghalang langkahnya menuju ke rumah. Pengendaranya tak mampu mengendalikan kendaraannya. Keduanya tersungkur di tepi jalan, kesakitan... Tampak darah segar mengalir dari sosok berkerudung yang tengkurap itu. Tubuhnya diam tak bergerak hanya jantungnya yang masih berdetak dengan menyimpan sejuta lara hatinya.
"Tolong ... tolong ... tolong ...!!! Ono wong tabrakan!!" teriak salah satu warga yang kebetulan sedang berada di lokasi kecelakaan.
Warga lain yang mendengar teriakan tersebut berhamburan keluar rumah. Paitun dan pengendara motor dibawa warga ke rumah sakit. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Paitun mengembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan ke rumah sakit.

Waktu terus berlalu tetapi tidak dengan kenangan akan Paitun dalam hidup Paijo. Kepergiaan Paitun meninggalkan luka hati yang dalam buatnya. Kesehatan jasmani dan rohaninya terganggu, membuat Soimah ikut sedih. Paijo banyak melupakan teman dan sahabatnya termasuk Soimah yang setiap bulan menjenguknya di rumah sakit jiwa di kota. Kadang-kadang Basman juga ikut menyambangi sahabatnya itu tetapi nihil hasilnya. Paijo sudah melupakan mereka.

Pemuda berbaju seragam pasien rumah sakit itu tampak tersenyum semringah. Suaranya merdu sekali. Ia tampak duduk di teras bercat putih bersih. Sesekali tampak raut sedihnya lalu tiba-tiba bernyanyi dan tersenyum pada siapa saja yang lewat. "Mas ... minum obatnya dulu, ya? Nanti lupa lagi," bujuk Soimah seraya tersenyum pahit, sepahit kisah cintanya yang berantakan dan menyisakan kedukaan.

Lelaki muda itu hanya menoleh, menatapnya dengan pandangan kosong. Tersenyum hambar kemudian bernyanyi lagi. Sesak dada Soimah melihat Paijo yang sekarang sakit mental. Paijo yang dulu tampan, mapan kini harus menghabiskan seluruh hidupnya di rumah sakit jiwa.

"Pak ... titip Mas Paijo, ya! Jaga dia baik-baik," ucap Soimah pada perawat yang kebetulan bertugas, kemudian dia perlahan berlalu meninggalkan Paijo di teras. Dia berjalan berurai air mata. Semua sudah digariskan oleh Sang Kuasa. Soimah harus menerima kenyataan kehilangan sahabat karibnya untuk selama-lamanya, dan kekasihnya yang tak mengenalinya lagi. Masih jelas tergambar di otaknya bahwa malam itu adalah malam terakhir menikmati kebersamaan bersama Paitun dan Paijo. Mie ayam yang dibawa Paitun pun jadi mie yang terakhir yang tak pernah sampai ke rumah.

Jika Tuhan sudah berkehendak, manusia bisa apa? Sayangi orang yang benar-benar mencintaimu dengan tulus sebelum takdir berkata lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun