Mohon tunggu...
Dee Ahmad
Dee Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - HADIR MEMBERI ARTI

Lahir di Mojokerto, menikah dan memiliki 3 putra putri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Maaf Saya Belum Membaca..."

10 Maret 2020   12:21 Diperbarui: 10 Maret 2020   12:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertahun tahun menjadi abdi negara di lingkungan universitas dan berada pada posisi sebagai pemberi layanan pada masyarakat khususnya mahasiswa banyak sekali yang terjadi. 

Terkait isu budaya literasi yang semakin hilang di kalangan mhasiswa yang dikategorikan sebagai kaum intelektual muda memang sangat disayangkan mengingat mahasiswa adalah harapan bangsa, generasi penerus cita-cita negara tercinta Indonesia, namun saya lebih suka dengan menyebut bahwa budaya literasi itu menurun daripada hilang.

Ada banyak definisi tentang makna literasi, saya ambil salah satunya dari National Institute for Literacy (NIFL) bahwa " Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." 

Dalam perkembangannya ternyata istilah literasi diartikan dalam banyak hal yang tidak sekedar mampu membaca atau menulis namun menyangkut pemahaman akan akan apa yang sedang dihadapi oleh yang bersangkutan.

UNESCO memberikan pandangan tentang literasi bahwa pemahaman orang tentang makna literasi sangat dipengaruhi oleh penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman. 

Namun seperti yang saya sampaikan di atas bahwa secara umum literasi itu kemampuan untuk membaca dan menulis yang justru semakin diciutkan lagi dengan kemauan untuk membaca dan menulis.

Dalam keseharian tidak jarang saya menemukan intelektual muda (mahasiswa) yang kurang mau membaca bahkan tidak membaca secara seksama pengumuman, persyaratan atau informasi yang melibatkan aktivitas mereka sebagai seorang mahasiswa. 

Sering kali mereka datang dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan karena semua penjelasan sudah diberikan dalam pengumuman tersebut. Percakapan berikut adalah sebagian kecil dari contoh nyata yang sering kali saya hadapi:

Mahasiswa: Selamat siang bu, kami mau mendaftar ujian KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Staf (saya): Ini form ujiannya mbak, mohon dibaca persyaratannya di bagian bawah form ya?  Kalau sudah lengkap baru datang lagi ke sini untuk registrasi ujian.

Tak berapa lama seusai percakapan tersebut di atas si kelompok mahasiswa datang lagi dengan menanyakan hal-hal yang sebenarnya sudah tertulis dengan jelas dalam form yang telah mereka peroleh sebelumnya. 

Saya sampaikan kepada mereka bahwa semua sudah ada di dalam form pendaftaran yang mereka terima kemudian mahasiswa tersebut menjawab "oh....maaf saya belum membaca". 

Inilah kadang yang membuat saya merasa prihatin dengan semakin menurunnya minat membaca terlebih di kalangan intelektual muda termasuk mahasiswa. Mereka lebih suka mendengarkan penjelasan lisan daripada harus membaca sendiri informasi tersebut pun begitu banyak dari mereka yang membaca tanpa menelaah lebih dalam dan tidak tuntas jadi membaca sambil lalu saja.

Survey dari UNESCO pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia masuk urutan ke 60 dari 61 negara yang minat bacanya rendah. Survey juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih suka menjadi pengguna internet. 

Terlepas dari survey yang dilakukan oleh UNESCO pada lima tahun yang lalu tersebut sesuai atau tidak dengan fakta di lapangan, hasil survey tersebut sebenarnya bisa dijadikan referensi untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya.

Bagaimanapun saya mengamati  bahwa budaya literasi memang perlu dibangun agar masyarakat Indonesia umumnya dan intelektual muda khususnya bisa lebih cinta membaca dan menulis. 

Memang tidaklah mudah menanamkan budaya literasi khususnya membaca namun upaya harus terus digalakkan yang berarti dibutuhkan campur tangan banyak pihak untuk mewujudkannya, karena faktanya rental internet yang menyediakan fasilitas 'game online' serta informasi yang sifatnya menghibur lebih ramai disimak para kaum muda dibandingkan berkunjung dan membaca koleksi buku-buku di perpustakaan ataupun pameran buku.

Secara sederhana kita bisa mengamati bagaimana sebenarnya minat baca para intelektual  muda di sekitar kita dengan membandingkan jumlah pengunjung pameran buku dan jumlah pengunjung pameran produk, maka sudah bisa dipastikan pengunjung pada pameran buku lebih sedikit dibanding pengunjung di pameran produk. Di saat senggang pun gadget lebih sering jadi teman pengisi waktu daripada menunduk serius membaca buku ataupun bacaan apik lainnya. 

Belum lagi nongkrong di kafe yang kini jadi gaya hidup kebanyakan para intelektual muda yang sepertinya menurut mereka itu lebih nyaman dibandingkan dengan rajin membaca literatur yang isinya bermanfaat. Internet yang sekarang aksesnya lebih mudah yang seharusnya bisa dijadikan sarana untuk mencari bacaan murah dan gratis malah dimanfaatkan untuk bermain 'game online' melirik situs porno dan belanja barang 'online'.

Ada banyak faktor yang membuat para intelektual muda kurang berminat untuk membaca yang meyebabkan menurunnya budaya literasi di sekitar kita bahkan di negara kita, beberapa diantaranya adalah semakin mudahnya akses internet, gadget yang terjangkau, dan lingkungan yang kurang mendukung untuk menginisiasi gemar membaca dan menulis. 

Dalam pandangan saya internet bukan sekedar untuk kesenangan saja namun adalah ladang informasi ilmu pengetahuan dunia yang bisa kita serap jika kita gemar membaca. Bagi saya membaca tidak harus dari buku tapi dari media apa saja yang bisa memberikan informasi bagi kita.

Catatan akhir dari saya bahwa dalam Islam sebenarnya budaya literasi sudah diwajibkan karena itu telah disebutkan dalam Al Qur'an surat Al 'Alaq ayat yang pertama 'iqro' (bacalah) maka tidak sepantasnyalah sebagai negara dengan mayoritas umat muslim kalau sampai tidak membudayakan membaca sementara Allah telah berfirman agar kita gemar membaca. Intelektual muda adalah tonggak atau pilar negara, kalau mereka kuat dan dibekali ilmu pengetahuan dari hasil gemar membaca maka tentulah akan kuat dan bermartabat pula negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun