Mohon tunggu...
Diah Siregar
Diah Siregar Mohon Tunggu... -

hanya seorang dengan kepribadian biasa.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pembangunan Berkelanjutan

11 Februari 2011   11:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42 2530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Harapan Untuk Medan di Masa Mendatang

Dasar Pemikiran

Sejatinya, pembangunan yang baik adalah pembangunan yang tidak hanya ideal untuk masa kini, tetapi juga tetap berdaya guna di masa setelahnya. Dalam artian pembangunan tersebut janganlah menjadi bom waktu yang justru menimbulkan masalah di masa yang akan datang. Dewasa ini, muncul istilah “sustainable development” yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan “Pembangunan Berkelanjutan”. Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah konsep pembangunan dimana dalam prosesnya pembangunan ini memegang prinsip dasar seperti yang dikemukakan Brundtlan Report (PBB, 1987 dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan di unduh pada 07 Desember 2010) “Memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”.

Dalam teorinya, banyak yang mengartikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang berorientasi pada isu-isu lingkungan. Anggapan ini sangatlah sempit. Sebab jika mengacu pada prinsip yang dikemukakan Brundtland di atas dan laporan KTT Dunia 2005 setidaknya ada tiga point penting yang diperhatikan dalam pembangunan ini, yakni : ekonomi, sosial dan lingkungan. Titik temu ketiga point inilah yang diharapkan dapat dicapai dalam pembangunan berkelanjutan. Seperti yang tergambar dalam skema di bawah ini :

Gambar 1 : skema pembangunan berkelanjutan : titik temu tiga point, yakni ekonomi, sosial dan lingkungan (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan)

Pembangunan berkelanjutan sangatlah perlu diterapkan sejak dini dimanapun dan oleh siapapun pembangunan itu dilakukan. Terlebih di kota-kota besar yang identik dengan pembangunan dalam berbagai hal. Seperti halnya dengan kota Medan. Kota yang awalnya bernama Tanah Deli ini dahulunya memiliki struktur tata ruang dan tata bangunan yang baik. Namun seiring perkembangan zaman dan peningkatan kebutuhan, kota Medan yang dulunya dibuat oleh Belanda dengan mengadopsi gaya kota-kota di Eropa ini memerlukan evaluasi ulang terhadap master plan (panduan) yang sudah ada. Tujuannya tak lain adalah untuk mengetahui apakah kota Medan yang sekarang melenceng dari master plan yang sebelumnya ditentukan. Atau malah master plan itu sendiri yang tidak sesuai dengan kebutuhan pembangunan kota Medan masa sekarang dan yang akan datang.

Kondisi Kekinian

Medan kota yang kompleks. Barangkali sebutan ini yang cocok untuk menggambarkan kota Medan saat ini. Bagaimana tidak, di kota yang dulunya hanya sebuah kampung ini terdapat berbagai etnis, agama, budaya, tingkat ekonomi dan kepentingan yang berbeda-beda. Belum lagi pada siang hari, jumlah penduduk kota Medan akan bertambah padat jika dibanding malam hari. Penambahan ini berasal dari beberapa kota di sekitar Medan seperti Binjai, Lubuk Pakam, Tanjung Morawa dan kota lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk ini dibarengi oleh peningkatan beberapa hal seperti : jumlah bangunan dan inprastruktur pendukung lainnya, jumlah kendaraan dan juga jumlah aktivitas ekonomi di kota ini. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah baru di samping masalah-masalah yang ada. Tingkat kemacetan lalu lintas meningkat seiring bertambahnya jumlah pengguna kendaraan. Peningkatan aktivitas ekonomi juga menuntut peningkatan kebutuhan akan tempat. Konsekuensi dari munculnya bangunan-bangunan baru ini tak lain adalah semakin berkurangnya lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Medan menjadi kota yang sumpek dengan jumlah penduduk dan bangunan yang seolah tak terbendung pertumbuhannya.

Ditinjau dari tata ruang dan tata bangunan, Medan masih sangatlah jauh dari kriteria tata ruang dan tata bangunan yang baik bagi suatu kota. Bangunan-bangunan baru dibangun tanpa memikirkan lebih jauh nilai estetika maupun dampak bagi lingkungan (alam dan masyarakat di sekitar bangunan). Sejauh ini, tampak sekali pembangunan di kota medan lebih dititikberatkan pada keuntungan beberapa pihak saja (pebisnis dan orang-orang yang terkait di dalamnya). Mirisnya, munculnya bangunan-bangunan baru di kota Medan justru berbanding terbalik dengan bangunan tua bersejarah yang kian memprihatinkan kondisinya. Lihat saja Kesawan, kawasan yang dulunya merupakan ikon dan ciri khas kota Medan dengan gedung-gedung artistik bernilai sejarah itu kini didominasi oleh ruko-ruko yang justru mengaburkan aspek historis kawasan itu. Satu persatu bangunan tua bersejarah di kota Medan lenyap bak ditelan bumi. Ada yang sengaja dihancurkan, ada pula yang direnovasi untuk kepentingan bisnis dan politik orang-orang tertentu. Kota medan kini kehilangan wajah sejarahnya, yang juga berarti kehilangan identitas. Hanya gedung-gedung semrawut, jalanan yang macet yang dapat dikenang dari sebuah kota bernama, Medan.

Solusi yang Ditawarkan

Melihat kondisi kota Medan saat ini, dibutuhkan langkah solutif dan antisipatif agar kota Medan dapat terus mempertahankan eksistensinya sebagai kota idaman baik pada masa kini maupun masa yang akan datang. Berdasarkan pada masalah-masalah yang menjadi fokus pencarian solusi, penerapan konsep pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat memenuhi harapan itu.

Langkah-Langkah Implementasi

Beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam pembangunan kota Medan dengan tetap memperhatikan tiga pilar penting pembangungan keberlanjutan yakni sosial, ekonomi dan lingkungan dapat dilihat di bawah ini :

1. Penerapan model bangunan/rumah vertikal

Pembangunan rumah atau sarana lainnya secara vertikal, yaitu pembangunan ke atas. Model rumah/bangunan vertikal (Kondominium/flat/rumah susun, apartemen) perlu dibudayakan pada masyarakat Medan. Selain sebagai solusi bagi masyarakat atas tingginya harga tanah, juga sebagai antisipasi agar masyarakat tidak bermigrasi ke daerah pinggiran atau lokasi yang harga tanahnya lebih murah. Migrasi penduduk ke daerah yang lebih murah hanya akan menambah masalah baru, yakni berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pembangunan vertikal idealnya tidak hanya pada rumah hunian saja, tetapi juga pada sarana umum lainnya. Rumah sakit, sekolah, universitas, dan area bisnis dan sarana transportasi. Pembangunan gedung dan sarana transportasi secara melebar hanya akan mempersempit lahan, sementara lahan yang ada memang sudah terbatas.

2. Pembangunan dengan mempertimbangkan jenis lahan

Hendaknya pembangunan gedung-gedung di kota Medan tetap memperhatikan jenis lahan dimana bangunan itu hendak didirikan. Lokasi pembangunan yang kurang tepat justru akan merugikan masyarakat. Misal wilayah selatan kota Medan yang merupakan lahan produktif. Wilayah ini adalah wilayah yang memiliki tingkat kesesuaian paling tinggi untuk pertanian karena lahannya sangat subur. Sedang wilayah sebelah timur, utara dan barat termasuk lahan yang kurang produktif. Jika wilayah selatan dijadikan lokasi pembangunan gedung atau permukiman penduduk sedang wilayah utara, timur atau barat dijadikan lahan pertanian tentu hanya akan membuang-buang tenaga saja.

Jika dua hal tersebut dilaksanakan dengan baik, setidaknya masalah-masalah yang dihadapi kota Medan saat ini dapat teratasi. Meski dalam implementasinya memerlukan waktu yang lama.

Luaran yang Diharapkan

Seperti halnya rantai makanan, masalah-masalah yang dihadapi kota Medan juga saling berhubungan. Kepadatan penduduk beriringan dengan kepadatan bangunan yang ada serta jumlah pengguna kendaraan. Kepadatan bangunan yang tak tertata dengan rapi berimbas pada semakin sempitnya lahan untuk penghijauan (Ruang Hijau Terbuka) dan berkurangnya lahan untuk sarana jalan. Sedang pengguna jalan semakin meningkat. Tentu saja semakin meningkat pula tingkat kemacetan di kota ini. Lahan-lahan yang awalnya menjadi daerah resapan air pun berubah menjadi pemukiman penduduk karena jumlah permintaan bangunan untuk hunian (rumah) semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Dan masalah-masalah lainnya pastilah saling berkaitan satu sama lain.

Begitupun solusi pemecahannya. Satu solusi yang tepat dapat mengatasi beberapa masalah terkait sekaligus. Jika model bangunan vertikal sukses dicanangkan, tentunya daerah-daerah RTH zona resapan air tak perlu diubah menjadi perumahan dan kawasan industri/bisnis. Bukan tidak mungkin quota 30% RTH kota Medan dapat tercapai. Pembanguan di daerah-daerah yang seharusnya menjadi drainase dan sanitasi pun tak perlu dilakukan. Kemacetan lalu-lintas pun dapat berkurang jika sekolah dan sarana umum lainnya memiliki tempat parkir dengan model bangunan vertikal (pantauan penulis, salah satu penyebab kemacetan di kota Medan adalah kendaraan siswa atau pun mobil penjemput yang parkir sembarangan di badan jalan diakibatkan sekolah tidak memiliki tempat parkir. Atau jika pun ada, tempat parkir tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang ada di sebabkan lahan yang terbatas). Sarana jalan yang dibangun vertikal juga akan mengurangi tingkat kemacetan karena pengguna jalan memiliki beberapa alternatif pilihan jalan yang dapat dilalui untuk mencapai suatu tempat. Hal yang tak kalah penting adalah : bangunan-bangunan tua yang tetap terjaga keberadaannya. Salah satu alasan dimusnahkannya bangunan tua adalah keterbatasan lahan untuk bangunan baru. Dengan pembangunan vertikal masalah pembongkaran bangunan tua karena keterbatasan lahan dapat diminimalisir.

Pembangunan dengan memperhatikan jenis lahan juga akan menguntungkan baik di masa kini maupun di masa akan datang. Keuntungan yang di dapat meliputi masalah ekonomi, waktu dan tenaga. Ketiga hal itu yang akan kena imbas. Ekonomi, waktu dan tenaga akan terbuang sia-sia jika pembangunan dilakukan di lahan yang salah.

Kesimpulan

Masalah pembangunan sebuah kota adalah masalah komplek yang berhubungan dengan banyak hal. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pembangunan sebuah kota. Di samping itu diperlukan juga konsep yang tepat guna dan berdaya guna dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan memiliki aspek-aspek yang tepat untuk pembangunan kota masa depan. Jika ini dilaksanakan, tidak hanya akan menjadi solusi tetapi juga antisipasi membludaknya jumlah penduduk yang selalu bertambah tiap tahunnya. Tentunya dengan penanganan serius dan partisipasi banyak pihak. Tidak hanya pemerintah, kaum pengusaha tetapi juga masyarakat kota Medan itu sendiri. Akhirnya, diharapkan konsep pembangunan berkelanjutan ini dapat menjawab masalah-masalah kota Medan dan harapan akan Medan mendatang menjadi kota idaman dapat tercapai.

NB : karya tulis ini masuk dlm 20 besar lomba karya tulis yg diadakan harian Berita Soreh, Medan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun