"Jadikanlah kelemahanmu sebagai kelebihanmu di hari depan. Kata-kata itu yang membuatku tetep kukuh meski banyak orang menyepelekanku" ungkapnya.
Hasilnya, ia lulus dengan predikat cumlaude dan sekarang sudah memiliki lima cabang dari usaha yang berhubungan erat dengan komputer, percetakan. Terbukti, keputusannya memilih kuliah adalah salah satu keputusan tepat yang pernah ia buat.
Vida adalah contoh lain pribadi merdeka. Keputusannya berpisah dengan suaminya mendapat tanggapan negativ dari keluarganya. Bahkan dari anak-anaknya.
"Anak-anak saya memilih tinggal bersama mantan suami saya. Mereka menganggap saya tak memikirkan mereka karena memutuskan berpisah dari suami saya. Padahal justru karena saya benar-benar tak tahan dengan perlakuan suami saya"
Vida menuturkan kalau suaminya teramat posesif padanya. Saking posesifnya ia berusaha menciftakan citra buruk tentang dirinya kepada keluarganya. Tujuannya agar orang-orang di sekitarnya tak menyukainya dan terus bergantung pada suaminya. Tak tahan hidup dikekang, ia mengambil keputusan yang tak pernah terbersit dalam pikirannya kala muda. Bercerai dan disisihkan dari keluarga besar dan anak-anaknya. Kini hari-hari ia habiskan dengan delapan orang anak kos yang tinggal di rumahnya. Saat hari besar tiba seperti lebaran dan idul adha ia tak pernah di rumah, tidak juga ke rumah keluarganya. Ia pergi kemana ia mau dan menikmati kebebasannya tanpa merasa menyesal dengan keputusannya. Ia yakin, suatu saat anak-anaknya paham dengan apa yang sudah ia pilih.
Memilih! Memilih atau mengambil suatu keputusan seringkali membuat seseorang pusing tuju keliling. Berbagai pertimbangan dari mulai tingkat urgensitas hal yang akan dipilih sampai konsekwensi dari pilihan tersebut tak jarang menguras pikiran kita. Apalagi jika pilihan yang harus kita pilih sama-sama penting menurut kita. Alhasil kita berada dalam suatu kondisi yang sering kita sebut dengan dilematis.
Terkadang, kita harus mengabaikan sesuatu yang sebenarnya ingin kita pilih dengan berbagai pertimbangan. Tak banyak orang yang berani memilih sesuai dengan keinginannya. Pilihan yang menunjukkan akan menjadi seperti apa kita nantinya. Pilihan yang menunjukkan bahwa kita ada karena pilihan tersebut.
Eni, Suparman dan Vida merupakan contoh orang-orang yang perlu diacungin jempol dalam hal memilih apa yang ingin mereka pilih. Mereka adalah orang-orang yang berani hidup dengan pilihannya tanpa harus terkekang dengan pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya tak perlu ada.Tak peduli apakah pilihan mereka mendapat dukungan atau tidak dari orang-orang yang mereka sayangi. Tak peduli seberat apapun konsekuensi yang harus mereka tanggung. Tak peduli apakah pilihan mereka benar atau pun salah. Sebab hidup memang semata-mata tak hanya tentang benar atau salah, tak hanya tentang hitam atau putih. Hidup adalah tentang memilih. Memilih, maka ada.
***
NB : Tulisan ini dimuat di buku kumpulan feature human interest Persma Kreatif Unimed.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H