Mohon tunggu...
Diah Ayu
Diah Ayu Mohon Tunggu... karyawati -

Hati berdarah rindu... lengkung senyum sunyi syahdu... hening memaksaku bertamu... saat sunyi menghujam mimpi... membuyar angan.. terkunci dalam bayang - bayang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[HUTRTC] Berdansa dengan Sunyi

3 Maret 2016   08:21 Diperbarui: 3 Maret 2016   08:37 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="ssino ( E. Gering )"][/caption]

 

Minggu Pertama (Terinspirasi Puisi)

_____________________________

 

Aku tersesat pada megahnya bangunan hati, yang menawarkan keteduhan dalam panasnya bara api yang membakar jiwa. Aku tersesat pada kata-kata yang tertujukan tanpa rimbanya hingga tak tahu lagi kemana kaki harus melangkah pergi.

Bagaikan awan mendung yang berpayung melukis gelap  pada megah biru cakrawala. Ribuan harap yang  tersemat dalam bingkisan janji. Terdustakankah kata atas nama janji yang tertawarkan, ataukah janji belum genap tertepati...?

Rindu terwartakan melalui desir angin yang merambah kala mentari menjulang setengah meninggi,  hingga senja yang perlahan-lahan redup dan menghilang dari pandangan, masih saja terbayangkan jemari-jemari hangat mendekap tubuh, sembari gelora-gelora nafas berdesah. Diiringi syahdu irama yang mengalun perlahan, membawa jiwa seakan melayang dalam ilusi bayang semu sosokmu.

Desah nafas teresapi sendiri, bagai mimpi tiada bertuan. Perlahan dan pasti sunyi harga mati. Rindu tak lagi mengobati sunyi,  rindu tercampakkan bersama waktu yang berlalu. Menenggelamkan diri ke dasar sunyi, sendiri dan sendiri.

Perlahan jingga terlukis di langit perlahan memudar, dan kini senja benar- benar tenggelam. Petang mulai menjelang. Oh sayang, dimana  sosok yang terindu..? Tak dapat kujumpai dirimu.

Haruskah menanti..?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun