Mohon tunggu...
Diah Setiawaty
Diah Setiawaty Mohon Tunggu... profesional -

books, poetry, travel, Politics

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pagi

17 September 2013   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:46 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi adalah waktu-ku

Penuh Ketenangan dan harapan Keberanian dan keyakinan Cahaya dan embun mengalirkan sungai inspirasi Nyanyian Ibu terdengar syahdu Tentu tidak semua pagi-ku surga ada pagi dimana aku terbangun dan bertanya "Kenapa aku masih bernapas disini?" pagi lain terbangun akibat nyalang dering telepon yang merusak mimpi dan membelit jiwa dengan jaring sinyalnya pagi kemarin gempar karena argumen profan tentang raja, ratu, dan rakyat jelata pagi-pagi sebelumnya rusak karena tatapan sinis dan dengki pagi kapan itu hilang karena semprotan ludah remaja naif yang tidak menutup hidung ketika bersin pernah juga karena semprotan bisa beracun yang keluar dari mulut manusia dari tatapan penuh kebencian Pagi pernah terhuyung bingung terjebak dalam kemacetan pagi juga pernah menemani dengan kuyup hujan, ponco, dan tanah merah pagi suatu ketika membawa berita duka tentang kematian yang secara estafet harus segera kusampaikan yang dengan ajaib merubah  mentari terbit menjadi malam gelap Tanpa bulan, Tanpa bintang, Tanpa suara, Tanpa angin Tapi pagi adalah waktuku kan kuraih kembali apapun yang terjadi pada pagi ku tetap percaya Malaikat meneduhi bumi dengan sayap luas terbentang dan gerbang surga terbuka lebar disaat bubur ayam mengepulkan harum khayangan ketika anak-anak berangkat sekolah dan tertawa memamerkan sederet ompong menghitam Pagiku akan selalu abadi.. walau kicau burung dan kokok ayam tidak selalu terdengar dan kabut dingin tidak selalu membelai wajah atau bintang fajar tidak selalu bersolek tapi tahan akan selalu menengadah menampung berkah dan hati yang tersesat

akan selalu mencari jalan pulang

13793856651697396212
13793856651697396212

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun