Sebatang kapur tulis memutih
menyemburkan debu-debu penuh harapan
berteman papan kayu menghitam legam
berdiri kokoh tanpa lelah
disini,
disini aku berdiri dengan hembusan nafas panjang
menatap lekat anak-anak mungil itu
haruskah aku renggut wajah polosnya?
haruskah aku bunuh gelak tawanya?
membunuhnya dengan amarah
Ya, amarah
Oh, Tidak !!
Kejamkah aku?
Haruskah aku menyerah menuntun mereka dari Alif hingga iya' ?
Itu bukan alasan
Karena ini pengabdian
Bukan permainan profesi yang kudambakan
Muzayyinatul Hamidia