Mohon tunggu...
Dhurandhara Hidimbyatmaja
Dhurandhara Hidimbyatmaja Mohon Tunggu... -

Mahasiswa pascasarjana salah satu Universitas negeri. Lebih suka menulis daripada ngobrol, kecuali ngomongin bola, JKT48 dan kamu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Pemimpin di Timur

7 Juni 2013   16:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:23 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah pertanyaan yang cukup menyentak saya. Tete begitu jujur dan benar-benar menghargai saya dan teman-teman saya yang kebetulan sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di sana mayoritas beragama Islam (mengingat agama Islam melarang penganutnya untuk mengkonsumsi babi). Sekali lagi, sebuah contoh pemimpin yang bisa kita tiru di dalam diri Tete.

***

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari dua cerita singkat diatas? Satu yang pasti menurut saya, toleransi. Ilmu toleransi mungkin kita pelajari di bangku sekolah dasar dulu, namun Tete yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal sama sekali, lebih mengerti daripada kita. Tete berasal dari agama Kristen Protestan, agama mayoritas dari suku Marind. Bagaimana mungkin seorang Tete yang bahkan tidak pernah keluar dari tanah Sota seumur hidupnya, memliki jiwa kepemimpinan yang sangat arif dan jiwa toleransi yang amat besar?

Menjadi ironi terbesar bagi saya, ketika saya bahkan seakan “diajari” bagaimana seharusnya bersikap kepada sesama, baik itu dari golongan,ras, suku, dan agama yang sama dan berbeda. Pelajaran yang bahkan harus saya dapat di daerah paling ujung Indonesia. Pelajaran yang didapat dari seorang kepala adat Papua, yang hidup sangat sederhana, yang bahkan menggunakan sabun colek sebagai sabun mandi dan merasakan ketimpangan oleh pemerintah lokal setempat yang lebih membela masyarakat transmigran. Namun, beliau masih memilih negara yang melahirkannya, Indonesia. Beliau lebih memilih untuk mengajak masyarakatnya maju dengan mengembangkan kebudayaan lokal, dan mengajarkan pentingnya toleransi baik bagi warga suku setempat maupun pendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun