Mohon tunggu...
Dhorothea Triarsari
Dhorothea Triarsari Mohon Tunggu... -

Penulis yang tertarik dengan travel dan makanan enak.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Katanya Backpacking, Kok Bawa Koper?

12 Agustus 2014   01:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:47 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika pintu kamar terkuak, seorang lelaki kulit putih tampak tidur hanya mengenakan celana dalam di tempat tidur tingkat! Karena sudah ngantuk berat, saya tidur berdua bersama seorang teman di tempat tidur bawah mas bule itu. Berlawanan dengan mas bule, saya tidur mengenakan pakaian lengkap. Kami cukup lama cekikikan sebelum jatuh tertidur.

Perjalanan selanjutnya adalah penerbangan AirAsia dari Kuala Lumpur menuju Pnom Penh pukul satu siang. Dari penginapan kami berjalan kaki menuju stasiun monorel. Sungguh salah memilih koper untuk jalan-jalan irit. Pasalnya, pedestrian tak rata. Berkali-kali koper terguling dan jatuh sementara para pemanggul ransel sudah berjalan jauh di depan. Belum lagi ketika sampai stasiun saya meniti anak tangga satu per satu sambil menaikkan koper dengan susah payah. Berat koper saya sekitar 11 kg, hampir seberat tabung gas. Ketika sampai, saya baru melihat ternyata ada eskalator di sisi lain tangga. Capek deh…..

Lagi-lagi koper menyiksa saya ketika kami tiba di perbatasan Kamboja dan Thailand. Perbatasan darat ini sama mengerikannya dengan di Kalimantan. Jalanan tentu tak rata juga sehingga koper lagi-lagi terguling dan jatuh ketika diseret. Golongan ransel meledek saya habis-habisan.

Tetapi ketika saya antre di imigrasi, sepasang turis bule memasuki antrean menyeret koper dengan ukuran tiga kali milik saya. Koper milik saya jadi tampak mungil dan imut di dekatnya. Sepertinya sepasang bule itu membawa seluruh lemarinya keliling Asia Tenggara.

Dari Bangkok kami kembali ke Malaysia naik kereta api dan singgah di Penang. Di pulau itu kami menikmati kota tua dan kelezatan kulinernya. Setelah puas berpesiar di Penang kami kembali ke Kuala Lumpur naik kereta api. Liburan dua hari di ibu kota Malaysia, kami kembali ke Jakarta naik AirAsia.

Beberapa hari kembali tidur di ranjang sendiri, saya merasa bingung dan disorientasi ketika bangun tidur. Belum lagi badan terasa pegal linu berhari-hari menggeret koper yang makin lama makin berat. Bukannya kapok, tahun demi tahun kami mengulang petualangan jalan-jalan irit bersama teman-teman yang sama. Sebagian besar perjalanan itu ditempuh naik pesawat terbang AirAsia. Saya si perempuan koper pun berubah menjadi perempuan ransel yang tak takut menempuh perjalanan ke mana pun bukan dengan taksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun