Mohon tunggu...
Dhorothea Triarsari
Dhorothea Triarsari Mohon Tunggu... -

Penulis yang tertarik dengan travel dan makanan enak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dahsyatnya Perempuan Melek Keuangan

23 September 2014   01:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:54 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pergaulan sehari-hari saya lebih sering menemukan perempuan yang mengaku tak pandai berhitung. Mengerti berita ekonomi, keuangan dan bisnis apalagi. Ketika harus bertransaksi di bank, perempuan mudah dikadali marketing yang ikut jualan di bank.

Hampir setahun silam sahabat baik saya mengirim pesan pendek. Intinya, ia baru saja menaruh uangnya di sebuah produk investasi. Hanya setor 2 x 25 juta rupiah dan dalam lima tahun investasi itu bisa berubah menjadi 150 juta rupiah. “Riba kali ya, kok hasilnya bisa gede banget,” kata teman saya.

Terus terang saya juga heran. Kok bisa ada bank yang punya produk investasi dengan sebesar itu. “Ini reksadana bukan?” Dia jawab,”Bukan….” “Unit link, bukan?” “Bukan…” Perasaan unit link pun tidak ada yang menjanjikan hasil sefantastis itu. Otoritas Jasa Keuangan pun lewat media massa bolak balik menegaskan masyarakat harus waspada dengan iming-iming investasi yang menjanjikan hasil jauh di atas rata-rata bunga bank.

Ternyata setelah bertemu langsung, baru terdapat kejelasan. Itu adalah produk asuransi dengan unit link. Dan….lagi-lagi setelah mbak-mbak customer service itu ditelpon, terdapat kejelasan. Teman saya harus setor 25 juta rupiah selama lima tahun. Dan dari situ, di tahun ke lima ia mendapat hasil tidak sefantastis yang dijanjikan. Nah, lho!

Beruntung, karena masih ada di masa tenggang, asuransi plus unit link itu masih bisa dibatalkan. Polisnya juga belum jadi. Biaya yang dipotong sekitar 300 ribu tapi uang 25 juta rupiah itu masih bisa dikembalikan.

Ketika ditelusuri, kejadiannya bermula ketika teman saya hendak menaruh uang yang lumayan banyak di produk deposito. Itu adalah uang pesangon PHKsetelah kerja 17 tahun. Tentu jumlahnya bikin ngiler si mbak pegawai bank. Maka kurang lebih ia mencolek temannya yang marketing dan mintanya untuk ikut menyerbu si calon nasabah ini. “Waktu itu aku seperti dikeroyok sama marketing dan petugas customer service nya. Sudah tak terlalu pintar dalam hal keuangan, diserbu pula. Bingung, aku mau-mau saja naruh duit di situ,” katanya.

Setelah pengalaman itu, teman saya ini jadi lebih hati-hati saat mengurus uang lumayan banyak. “Kalau bisa, untuk transaksi menyangkut uang jutaan, putuskan bersama suami. Kalau dipikir bersama kan hasilnya lebih baik,” kata saya.

Maka ketika ia harus mengurus uang jamsostek, ia sempat bertelpon dengan kakaknya yang seorang pegawai HRD. “Petugas Jamsostek bilang lebih baik uangnya dikembangkan di Jamsostek karena hasilnya lebih besar dari bunga deposito. Kakakku bilang, memang begitu adanya. Jadi ya uangnya aku tetap simpan di Jamsostek,” katanya.

Saya sendiri aslinya juga bukan ahli keuangan. Tapi saya pernah kuliah ilmu ekonomi dan pembangunan. Materi yang dikuasai ya lebih ke ekonomi makro. Tetapi segala sesuatu kan bisa dipelajari. Membaca artikel ekonomi dan keuangan juga sebenarnya nggak sulit-sulit amat.

Selain itu saya juga senang membaca artikel-artikel soal investasi dan pengaturan keuangan. Bahkan juga mem follow para perencana keuangan di twitter. Lumayanlah, dengan begitu wawasan keuangan juga gak sempit-sempit amat.

Banyak kok manfaat perempuan melek keuangan. Dengan begitu, kita bisa mewujudkan impian-impian kita. Misalnya mampu mengumpulkan uang untuk jalan-jalan ke belahan dunia lain. Beberapa tahun belakangan ini, acara jalan-jalan saya makin jauh. Uang yang dibutuhkan makin banyak. Sekali jalan-jalan ke Eropa tentu butuh uang puluhan juta rupiah. Tentu saya harus memikirkan cara mendapatkan uang ekstra untuk hobi yang mahal ini tanpa menguras uang tabungan. Gaji saya sih standar-standar saja.

Mungkin perempuan lain bisa mewujudkan impiannya koleksi tas-tas dan sepatu super mahal. Pasti bangga juga kalau bisa beli berlian sendiri tanpa harus menunggu dibelikan pasangan. Masih ingat kan di film Sex and The City, Samantha gemas karena berlian incarannya yang dilelang dibeli orang lain. Dia kesal karena harganya melebih anggaran yang dimilikinya. Tapi toh dia akhirnya memiliki berlian itu karena ternyata pemenang lelang adalah pacarnya yang masih berondong.

Menurut saya, matematika dan keuangan adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Kalau kita mau berusaha kita pasti bisa memahami.  Memang butuh waktu lebih lama untuk memahami. Berbeda dengan para top graduate di kampus yang dulu begitu cepat memahami materi kuliah yang rumit.

Latihan menghitung dan keuangan ini sama seperti kita belajar membaca peta. Kebanyakan perempuan juga mengaku tidak tahu jalan dan punya orientasi ruang yang parah sekali. Maklum saja, sehari-hari mereka menggantungkan diri diantarkan suami atau pacar. Ke mana-mana tinggal tunggu disopirin pasangan. Ketika disuruh pergi ke suatu tempat yang tidak dikenal, mereka jadi heboh dan bingung.

Dengan latihan bertahun-tahun menjelajah wilayah-wilayah Jakarta tak dikenal, saya lumayan bisa baca peta. Memang tak jagoan sekali. Paling tidak, dengan latihan itu, saat di luar negeri saya tak pernah tersasar gara-gara tak tahu arah pulang ke hotel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun