- Gaya Belajar Peserta Didik
Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan belajar peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh guru. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya pembelajaran harus memenuhi kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Pembelajaran kimia di salah satu SMA dalam Semarang saat ini masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran dalam kelas tentunya peserta didik memiliki gaya belajar yang bervariasi sehingga guru juga harus memberikan model pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan mayoritas peserta didik. berdasarkan praktik mengajar di kelas X-3, peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Sehingga  Gaya  belajar merupakan suatu cara siswa untuk memahami informasi yang diberikan guru.
Gaya belajar peserta didik ada empat tipe yaitu: (1) visual, dimana  peserta didik  lebih  mudah  memahami  informasi  dengan  melihat  atau  mengamati;  (2)  auditori,  dimana  peserta didik  lebih mudah  memahami  informasi  dengan  mendengarkan;  (3)  kinestetik  dimana peserta didik lebih  mudah  memahami informasi dengan melakukan suatu hal  atau Gerakan; dan (4) R&W (Reading and Writting) dimana peserta didik  lebih  mudah  memahami  informasi  dengan  cara menulis, lalu membaca ulang semua yang ditulisnya. Namun, kebanyakan guru masih mengabaikan hal tersebut dan menganggap semua peserta didik memiliki gaya belajar yang sama, yaitu R&W (Reading and Writting). Akibatnya, peserta didik menjadi tidak optimal dalam meraih potensi terbaiknya, nilai hasil belajar rendah, dan berkembang dengan tidak optimal. Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan suatu pembelajaran yang mengakomodir keberagaman yang ada (Marlina, 2019).
Perkembangan di era milenial yang begitu pesat selain di bidang teknologi, tentunya juga berkembang di bidang Pendidikan, seperti pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran sehingga seabgai guru tentunya tidak hanya bisa menuntun tumbuhnya kodrat alam yang ada pada diri anak sesuai dengan zaman dan lingkungannya melainkan guru harus dapat sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan pembelajaran dapat menjadi suatu wadah bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar yang bervariasi dalam meningkatkan motivasi belajarnya dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu pembelajaran dimana guru melakukan penyesuaian terhadap minat, gaya belajar, kesiapan siswa agar hasil belajar meningkat. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu konten apa yang dipelajari, proses bagaimana mendapatkan informasi dan mengeksplorasi ide serta gagasan, serta produk yaitu bagaimana siswa akan menampilkan apa yang sudah mereka pelajari (Kamal, 2021). Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi perlu dilakukan Pemilihan model pembelajaran yang sesuai akan meningkatkan keberhasilan suatu proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
- Model pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran menggunakan model Discovery Learning terdiri dari 6 sintaks : (1) stimulasi, (2) menyatakan masalah, (3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, (6) generalisasi (Syah, 2004). Model Pembelajaran Discovery Learning jarang dipakai dalam pembelajaran khususnya di kelas X-3 sehingga para peserta didik antusias saat proses pembelajaran.
Sebelum pembelajaran, praktikan Menyusun RPP/modul ajar yang akan digunakan berbasis discovery learning dengan asesmen yang akan digunakan, yaitu instrumen penilaian pengetahuan, sikap, keterampilan, tes diagnostic.
Pembelajaran ini diawali dengan kegiatan pendahuluan baik dari orientasi, pemberian apersepsi, dan motivasi serta peserta didik diberikan tes diagnostic untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik mengenai materi sebelumnya dan materi yang akan diajarkan.
Kemudian dilakukan kegiatan inti dengan stimulasi berupa video penyetaraan persamaan reaksi kimia. Hal ini dilakukan untuk menekankan kepada peserta didik bahwa materi yang akan mereka pelajari mengenai persamaan reaksi kimia. Dilanjukan dengan proses identifikasi masalah dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk membuat hipotesis mengenai hal apa saja yang mereka dapatkan dari video tersebut yang dituangkan ke dalam LKPD. Dari hipotesis tersebut peserta didik diharapkan dapat mengkonstruk suatu pemahamannya mengenai persamaan reaksi kimia.
Pada tahap selanjutnya, yaitu pengumpulan data. Pada sintak ini peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Masing-masing peserta didik dibebaskan untuk mencari berbagai sumber literasi disesuaikan dengan gaya belajarnya (R&W, auditory, kinestetik, maupun visual). Setelah peserta didik mendapatkan referensi secara mandiri peserta didik menjawab pertanyaan yang tersedia di LKPD.
Selanjutnya, dilakukan pengolahan data dimana semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002). Pada tahap ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan memberikan feedback dengan keliling pada masing-masing kelompok, menanyakan perkembangannya, dan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik supaya peserta didik dapat menemukan solusi dari identifikasi masalah tersebut. Tahap pengolahan data juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah dengan melengkapi LKPD.
Pada tahap berikutnya, dilakukan verifikasi/ pembuktian dengan presentasi pada setiap kelompok dimana setiap kelompok mengemukakan jawaban kelompoknya dan dilakukan pembahasan secara bersama-sama. Disisi lain juga guru memberikan feedback baik secara aperseptif maupun konstruktivisme dan membenarkan jawaban peserta didik apabila ada yang salah di akhir presentasi tiap kelompok. Di akhir pembelajaran dilakukan generalisasi yang mana peserta didik diminta 1-2 anak untuk menyimpulkan hal-hal apa saja yang dipelajari pada pertemuan tersebut dan melakukan refleksi bersama sama antar guru dengan peserta didik. pembelajaran ditutup dengan kegiatan penutup dengan guru menyampaikan materi selanjutnya yaitu hukum dasar kimia dan penerapannya pada kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan postest soal persamaan reaksi kimia.
- Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran di kelas X-3 SMA PL Don Bosko menggunakan pembelajaran berdiferensiasi berupa diferensiasi konten dan proses. Diferensiasi konten dilakukan dengan memberikan berbagai referensi dalam bentuk bervariasi berdasarkan gaya belajar peserta didik dalam sesi diskusi dan diferensiasi proses dilakukan dengan membebaskan peserta didik untuk belajar maupun berkelompok dengan Batasan tidak boleh di luar kelas.
Penerapan pembelajaran diferensiasi mendapat respon positif dari peserta didik dan memberikan dampak yang baik dalam proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan  sebagian besar peserta didik aktif berdiskusi dan saling bertukar pikiran. Peserta didik juga lebih suka mengeksplor materi melalui internet dibanding dengan buku karena bagi peserta didik mencari informasi lewat internet jauh lebih mudah dan lebih lengkap dibanding sumber buku bacaan mereka. Dengan adanya kebebasan menggunakan gawai atau smartphone, masih ada beberapa peserta didik yang menggunakan gawai tersebut diluar konteks pembelajaran. Beberapa peserta didik ada yang asik main game, nonton film, dan juga membalas chat temannya. Tindakan yang dilakukan praktikan setelah mengetahui hal tersebut adalah menegur peserta didik terlebih dahulu dan mereka pun merespon dengan baik tanpa adanya rasa kesal.
- Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi dan masukan dari guru pamong, pembelajaran sudah bagus karena sesuai dengan yang direncanakan dalam modul ajar, video stimulasi sudah baik dan tepat, serta penguasaan kelas sudah baik. namun ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki, seperti dalam penyampaian apersepsi ataupun materi sebaiknya disampaikan dengan singkat, padat, dan jelas sehingga peserta didik dalam memahaminya dengan mudah, dalam waktu diskusi sebaiknya diberi pembatasan waktu sehingga waktu pembelajaran dapat efisien, dan ukuran font dalam powerpoint sebaiknya diperbesar lagi supaya peserta didik bagian belakang.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah Syaiful. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kamal, S. (2021). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Barabai. Jurnal Pembembelajaran dan pendidik. 1(1) : 89-100
Marlina, (2019). Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif. Universitas Negeri Padang.
Syah. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H