Diderot Effect adalah fenomena psikologis yang menggambarkan bagaimana memperoleh suatu barang baru dapat memicu perubahan dalam pola konsumsi dan kebutuhan seseorang.Â
Fenomena ini dinamai berdasarkan nama filsuf abad ke-18, Denis Diderot, yang secara tidak sengaja menemukan efek ini dalam kehidupan pribadinya.
Pada tahun 1765, Diderot menerima hadiah berupa mantel mewah sebagai hadiah dari seorang teman dekatnya.Â
Sebelumnya, ia hidup dalam kemiskinan relatif dan tinggal di apartemen sederhana yang bersahaja. Namun, ketika ia menerima mantel baru yang mewah tersebut, sesuatu yang menarik terjadi dalam kehidupannya.
Diderot merasa bahwa mantel barunya tidak sesuai dengan furnitur dan barang-barang lain di apartemennya yang sederhana.Â
Mantel mewah tersebut menjadi "pencolok" di tengah-tengah barang-barang yang sederhana, dan hal itu menyebabkan ia merasa perlu untuk meningkatkan gaya hidupnya agar sejalan dengan mantel barunya yang elegan.Â
Karena itu, ia mulai membeli barang-barang baru dan mahal lainnya untuk mencocokkan dengan status mantelnya.Â
Proses ini akhirnya membawa Diderot pada spiral konsumsi yang tidak terduga dan menguras keuangannya, sehingga ia justru berakhir dalam lebih banyak utang.
Kisah Diderot inilah yang menjadi dasar fenomena yang kemudian dikenal sebagai Diderot Effect. Sejak saat itu, konsep ini telah menjadi bidikan perhatian dalam psikologi konsumen dan perilaku ekonomi.Â
Fenomena ini telah terbukti relevan dalam kehidupan modern, di mana kemajuan teknologi dan konsumerisme semakin mempengaruhi bagaimana kita memandang kebutuhan dan keinginan kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!