Mohon tunggu...
Dhiya UlHaqqi
Dhiya UlHaqqi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Ngobrol

Psikologi Industri Organisasi, Psikologi Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemimpin Efektif Versus Pemimpin Sukses

19 Januari 2023   17:33 Diperbarui: 20 Januari 2023   00:26 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa Pemimpin Sukses? Kapan pemimpin itu efektif? Pertanyaan kuno ini tampak sederhana, akan tetapi banyak ilmuan sosial, filsuf, cendikiawan mengahabis waktu puluhan tahun untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut secara empiris lewat pemikiran dan penelitian.

Seperti halnya mereka yang mendapatkan gelar kepemimpinan memiliki orientasi dan mindset yang berbeda. Katakanlah Jonas Falk yang merupakan CEO OrganicLife (Perusahaan Makan Siang Bergizi) dimana ia mengasumsikan bahwa kepemipinan merupakan "mampu merekrut tim/individu dengan prestasi rata-rata menjadi supestar" (Mielach, 2012). Bagi konsultan Kendra Coleman, pemimpin itu merupakan bagaimana cara seseorang "mengambil sikap" terhadap sesuatu (Mielach, 2012). berbeda halnya dengan Bil Gates yang mana seorang pendiri Microsoft menganggap bahwa pemimpin berbicara soal "pemberdayaan" (Kruse, 2013). dari pernyataan di atas hal yang tersirat  pemimpin berfungsi menggerakkan pengikut untuk bertindak dan membantu mereka mencapai tujuan, tetapi masing-masing berfokus pada dimensi yang berbeda guna membentuk kepemimpinan.

Kapan seorang dapat di katakan pemimpin yang efektif?

Seperti halnya dengan definisi kepemimpinan, efektivitas dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Beberapa peneliti, seperti Fred Fiedler, yang mana teori Model Kontingensinya , mendefinisikan efektivitas kepemimpinan dalam kaitannya dengan kinerja kelompok, dengan kata lain pemimpin efektif ketika kelompok mereka berkinerja baik. Teori Robert House mempertimbangkan kepuasan pengikut sebagai faktor utama dalam menentukan efektivitas, dapat di tafsirkan pemimpin efektif ketika pengikut mereka puas.

Banyak dari kita masih memperdebatkan efektifitas seorang pimpinan, yang jelas semua ini bergantung pada sudut pandang masing-masing individu dalam menunjang organisasi dan sebagainya. Stephen Oesterle seperti yang kita ketahui adalah ahli jantung dan juga sebagai wakil presiden senior di kedokteran dan teknologi di Medtronic, perusahaan ini terkonsentrasi pada pemulihan kehidupan adalah tujuan pribadi dan organisasi. Selain itu ada Barbara Waugh yang mana dikenal sebagai aktivis hak-hak sipil dan antidiskriminasi tahun 1960-an yang juga pernah menjadi direktur personalia dan manajer perubahan di seluruh dunia dari Hewlett-Packard. Mereka mendifinisikan efektifitas sebagai "temuan cerita yang layak untuk di jalani". Artinya adalah anda dan organisasi punya tanggung jawab penuh dalam memikirkan setiap keberlangsungan organisasi. Di samping itu ada Jhon Hickenlooper yang mana sebagai gubernur Colorado dan mantan wali kota Denver yang menganggap efektifitas merupakan fokus dari gaya inklusif, kerja sama, menyelaraskan kepentingan pribadi, dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang terpengaruh oleh keputusannya.

Bagaimana Pemimpin yang efektif atau sukses?

Jawabannya jelas bahwa tidak ada satu cara yang terbaik yang menggambarkan seorang pemimpin tersebut layak di katakan pimpinan yang efektif. Pendapat Fred Luthans (1989) pernah mengusulkan tentang konsep efektifitas kepemimpinan, di mana ia mengatakan bahwa pimpinan efektif merupakan mereka yang memiliki karyawan tergolong puas dan tingkat produktifitas yang signifikan terhadap lembaga atau organisasi. Sedangkan pimpinan yang sukses adalah mereka yang dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam orientasi pemimpin yang efektif, mereka cenderung menggunakan waktunya untuk berkomunikasi dengan bawahan, menagemen konflik, training, pengempangan sekaligus memotivasi karyawan. Sedangkan pemimpin sukses, mereka memfokuskan diri cenderung bukan untuk karyawan melainkan pada aktifitas jaringan seperti berinteraksi dengan orang luar, bersosialisasi dan berpolitik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun